Haechan:
Dalam proses pembuatan album 2 Baddies, aku mulai menyadari arti mengerjakan
sesuatu sepenuh hati jadi, menurutku album ini sukses.
ALBUM
KE-4 NCT 127 "2 BADDIES" PERINGKAT 3 BILLBOARD OKTOBER 2022
VIDEO
MUSIK RAIH 30 JUTA KALI TAYANGAN DI HARI PERTAMA DIRILIS DI YOUTUBE
Jaehyun:
Bagiku, "2 Baddies" adalah lagu yang membuatku puas, itu sebabnya aku
senang sekali saat kami mempromosikannya.
ALBUM
TERJUAL JUTAAN KOPI ENAM HARI SETELAH RILIS
ALBUM PENJUALAN
TERBAIK DI SEJARAH SM TUJUH HARI SETELAH RILIS
Mark:
Itu lagu di album yang
pasti dinanti-nanti penggemar kami, kami pun membicarakannya. "Album ini
akan… Ini akan sukses."
*Bener
sih 2 Baddies sendiri lagunya enak, apalagi lagu beside nya pada bagus-bagus
terutama Designer (menurut pribadiku😊😊)*
Johnny:
Kami coba tunjukkan bahwa kami senang tampil, senang rasanya jika para
penggemar juga menikmatinya.
Yuta: Jika
kami menikmati saat tampil dan memperlihatkannya, para penggemar pasti juga
senang, aku yakin itu akan menginspirasi kami untuk lebih baik lagi ke
depannya.
Doyoung:
Hubungan antara kami dan penggemar yang kuharapkan adalah penggemar merasa
dikuatkan saat melihat dan mendengarkan kami, saat mereka kesulitan, aku ingin
kami jadi penyemangat dan penguat mereka saat menghadapi masalah.
Jungwoo:
Aku sendiri juga makin berkembang, alih-alih sisi pribadi, kurasa sisi musisiku
lebih banyak berkembang, baik gestur maupun ekspresi wajah jadi lambat laun
diriku makin terasah bersamaan dengan para anggota grupku.
Taeil:
"Ayo kita taklukkan. Jangan ada kesalahan, kita harus tampil sempurna."
Dulu aku berpikir begitu tapi sekarang, pola pikirku, "Apa yang bisa
kuperbaiki di bagian ini?" jadi aku selalu berusaha memperbaiki.
Taeyong:
Setelah NCT 127 memasuki tahun ketujuh, kini kami lebih santai, kurasa
kemampuan grup kami sudah berkembang pesat jadi aku yakin NCT 127 sudah
benar-benar berkembang.
BABAK
3
Jaehyun
menaiki panggung setelah namanya di panggil dengan di iringi tepuk tangan dan
teriakan dari penonton. Jaehyun berdiri di depan mic kemudian berkata wajahku
hiburan kalian malam ini, seraya berpose.
Doyoung:
Menurutku, Jaehyun anggota paling tampan di grup kami.
Mark:
Terlepas dari paras tampannya, kurasa aku tak pernah kenal orang sebaik Kak
Jaehyun.
Haechan:
Suaranya merdu, dia jago menyanyi, menari, dia juga sangat baik.
Taeyong:
Dia serbabisa dan andal dalam semua hal.
“Kau
andal dalam segala hal, tapi apa menurutmu kelebihan utamamu adalah wajah?”
Jaehyun:
Pertama, terima kasih, tapi sejujurnya aku sedikit cemas soal itu, citra yang
dilihat publik itu memang bagian dari diriku tapi aku juga punya sisi apa
adanya, sayangnya, orang-orang tak melihat sisi diriku memalukan.
“Aku
idola K-pop, penggemar sering bilang bahwa aku tak punya kekurangan dan aku
manusia sempurna, itulah yang memotivasiku ke sini hari ini, lawakan tunggal
memberiku peluang untuk berdamai dengan kekurangan dan rasa minder melalui
candaan. Jadi, aku fokus membahas pekerjaanku saja.”
Jaehyun:
Aku selalu berpikir bahwa aku harus membawa diri sebaik mungkin, namun, seiring
berjalan waktu, aku sudah tak begitu khawatir akan pandangan orang lain.
Haechan:
Alih-alih stres, kami menerimanya sebagai beban yang harus kami pikul, penggemar
kami bersedia datang bertemu kami dan membeli album kami.
Yuta: Secara
tak langsung, kami punya tanggung jawab terhadap mereka.
“Komika
itu biasanya menceritakan pengalaman pribadi. Anekdot tentang momen sedih,
memalukan, atau sulitmu. Makin suram, makin bagus untuk dijadikan bahan
lelucon.”
Jaehyun:
Ada ingatan masa kecilku yang sangat membekas, saat berusia lima tahun, aku
tinggal di wilayah perdesaan di Amerika Serikat, saat itu, aku tak bisa bahasa
Inggris sama sekali, aku masuk prasekolah atau TK, dan satu-satunya anak berambut
hitam dan bermata cokelat.
Jaehyun:
Kami berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Amerika tapi aku tak tahu
liriknya, juga tak tahu nadanya tapi aku merasa harus ikut bernyanyi lalu, aku
menangis sendiri karena aku merasa sangat kesulitan, hingga membuat orang tuaku
cemas, tapi tanpa sadar, aku mulai beradaptasi hidup di sana.
“Aku
dulu tinggal di Connecticut, yang dikelilingi pepohonan dan hutan. Sepulang
sekolah, aku menaruh tas di rumah dan lari ke hutan untuk bermain di alam
bebas. Kenangan dari masa itu masih kuanggap sebagai pengalaman istimewa. Aku
tumbuh besar di tengah alam. Cuma itu kenangan di sana yang kuingat.
Namun,
saat kembali ke Korea, aku kesulitan menyesuaikan diri lagi. Aku kesusahan
kembali beradaptasi dengan budaya Korea. Walau aku masuk ke kelas baru, rasanya
waktuku terhenti, sementara dunia terus berputar. Ternyata begitulah ceritaku
kepada ayahku. Aku merasa harus belajar. Kalau tidak, aku akan merasa
terkucilkan.”
Apa
akhirnya aku berhasil beradaptasi?
Jaehyun:
Setelah dua mingguan.
“Aku
punya guru SD bernama Bu Lee Eunyeol. Setelah bertemu beliau, aku bermimpi
menjadi penyanyi. Beliau tak pernah menilai kami berdasarkan nilai ujian. Ada
kegiatan spesial dengan Bu Lee yang cuma dilakukan kelas kami. Aku masih ingat
moto kelas. Moto kelas kami adalah "Jadilah batu loncatan". Selalu ada
kotak properti di pojok kelas. Berkat Bu Lee, aku bisa punya banyak pengalaman
seperti itu. Jadi, aku makin percaya diri untuk keluar dari zona nyamanku. Kami
bergiliran memilih peran dan berimprovisasi. Juga menampilkan tarian dan
nyanyian.”
“Begitu
menjadi anak didik SM, paginya, aku berangkat sekolah dan pulangnya, aku
berlatih menyanyi dan menari. Itu rutinitasku setiap hari. Sampai-sampai, di survei
antara siswa kelas 1 SMA, aku disebut dalam daftar siswa paling sering tidur. Aku
tidur di gerbong kereta menuju SM. Begitu sampai, aku latihan sampai fajar. Kami
dulu berlatih hingga dini hari. Seingatku, kami pernah berlatih sampai pukul
05.00 atau 06.00.”
“Setelah
beberapa waktu, aku mengalami kebuntuan setelah debut. Kalau tak salah, tiga
atau empat tahun sejak karierku bermula. Saat itu, aku tak sempat bertemu teman
dan keluargaku. Aku bahkan tak sempat introspeksi diri. Hidup seperti itu
beberapa tahun setelah debut, hidupku seperti kuda pacu. Aku seperti memakai
kacamata kuda dan cuma berlari ke depan.
Tak
ada waktu yang pas untuk mencurahkan hati ke orang lain. Saking beratnya yang
kuhadapi, aku diam-diam menelepon ayahku dari kamar mandi asrama. Ayahku
berpesan, "Nak, kalau kau kewalahan, istirahatlah. Tinggalkan saja
semuanya." Setelah mendengar itu, kujawab, "Baik, Yah," lalu
kututup. Tahu-tahu saja, air mataku tumpah. Saat itu, aku tersadar bahwa itulah
hal yang ingin kudengar.”
Jaehyun: Itu yang terus kusimpan di benakku, sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan selalu tampak, aku ingin orang melihat diriku yang sebenarnya.