“Aku
merasa harus selalu tersenyum. Aku bukan komedian, tapi aku suka membuat orang
lain tertawa.”
Doyoung:
Di NCT 127, Jungwoo itu seperti anjing peliharaan.
Taeyong:
Kadang dia semanis anak anjing, kadang dia sangat suportif.
Jaehyun:
Dia tanggap memahami karakteristik seseorang atau sesuatu.
Haechan:
Tadinya aku komedian di grup kami. Jungwoo rebut gelar itu dariku. Dia tak
terkalahkan.
“Saat
tersenyum, rasanya bisa melupakan penderitaan yang dihadapi.”
Jungwoo:
Sejak kecil, pandanganku tentang uang, melihatnya saja aku muak, selama lima
sampai enam tahun, saat aku di sekolah dasar, aku tak pernah bertemu ayahku,
rasanya berat sekali tapi aku berusaha mendekatkan diri dengan ibu dan
saudariku, untung saja, sekarang hidup kami diwarnai senyuman dan hubunganku
baik dengan ayah dan ibuku, meski masa itu sangat berat bagiku, aku yakin telah
melaluinya dengan baik.
“Saat
naik mobil dengan Ibu, aku pernah bertanya apa beliau mengalami kesulitan.
"Ibu, bagaimana kabar Ibu belakangan ini?" "Ibu bekerja keras
menafkahi kalian berdua." Ibu terkadang bercanda begitu, ibuku dulu sering
berkata bahwa cita-citanya adalah menjadi pilot dan beliau tahu banyak soal
pesawat.”
“Saat masih
kecil, aku menyukai kuda. Film berjudul Spirit sangat berkesan bagiku. Saking
sukanya dengan film itu, aku ingin menjadi penunggang kuda. Di Incheon, ada
kursus berkuda kecil-kecilan. Setiap kali keluar dengan ibuku, kami selalu
mampir ke sana dan Ibu biasanya berdiri mengawasiku dari jauh.”
Jungwoo:
Aku ingat pernah meminta izin Ibu untuk belajar menari, meski saat itu kami
sangat miskin, setiap aku bilang ingin mempelajari sesuatu, Ibu selalu bilang,
"Baik, Ibu usahakan.", aku benar-benar terharu.
“Awalnya,
aku hanya membayangkan yang indah-indah tentang kehidupan sebagai anak didik.
Kukira aku tinggal bicara, bermain, dan berlatih dengan temanku, sebagaimana
saat sekolah. Kukira cuma itu yang harus kulakukan, ternyata aku keliru. Aku
harus selalu berkembang, berusaha lebih baik, menunjukkan hal baru. Aspek itu
sangat menantang. "Aku bisa debut, tidak, ya?"
Aku
bilang kepada Ibu, "Kurasa aku kurang berbakat untuk menjadi artis
profesional." Ibu bilang, "Jangan dipaksakan jika tak merasa cocok.
Mungkin bukan ini jalanmu." Kurang lebih begitu nasihatnya. Ucapan beliau
makin menyemangatiku untuk mengasah kemampuan sejauh mungkin. Begitulah
tekadku.”
Pdnim
memberikan surat yang di tulis Jungwoo untuk ibunya saat masih kecil kepada
Jungwoo. Jungwoo mengambil suratnya kemudian membacanya.
“Untuk
Ibu. Ini aku, Jungwoo. Hari ini Ibu ulang tahun. Maaf aku belum bisa belikan
kue. Saat besar nanti, aku akan bahagiakan Ibu. Tiap hari, Ibu selalu
menyuruhku mencari ibu yang banyak uang. Tapi yang kuinginkan adalah memberi
Ibu uang yang banyak. Ibu membanting tulang mencari nafkah demi kami. Jadi, aku
terenyuh tiap Ibu membeli makanan untuk kami. Ibu, kelak aku akan meraih
impianku dan membelikan semua yang Ibu inginkan. Aku sayang Ibu. Ibu, saat aku
besar nanti akan kuajak Ibu terbang ke tempat baru. Ibu, terima kasih. Sungguh,
terima kasih. Aku berjanji akan memenuhinya dan menjaga Ibu baik-baik. - Rabu,
13 Agustus 2008. Cuaca: Cerah. Dari Jungwoo."
Taeyong:
Jungwoo membuat grup ini seru.
Haechan:
Dia tipe yang sulit dibenci, tipe yang kita inginkan untuk menemani kita.
Mark: Dia
satu-satunya anggota yang terasa seperti sahabat.
Johnny:
Performanya tak pernah di bawah 120%, dia meningkatkan standar performa kami.
Doyoung:
Kegigihannya tak ada tandingannya, auranya paling professional dalam grup kami.
“Momen paling bahagiaku adalah saat pertama bertemu teman setim. Pertemuan kami seperti sudah ditakdirkan. Saat kami tertawa dan menangis, sambil berjuang bersama, adalah momen paling bahagia bagiku. Jadi, kuharap kami bisa menciptakan kenangan seperti itu seterusnya. - Jungwoo”