All content from SET TV
Ah Wei datang ke rumah Fenqing dan membawakan panci buat ibu. Saat mau pulang nggak sengaja ia menginjak kacang hijau yang Fenqing tumpahkan tadi pagi. Ia memungutinya lalu menangis.
Ini adalah malam pertama buat Fenqing dan juga Tingen. Keduanya sangat gugup dan juga nggak nyangka kalo mereka akan berakhir seperti itu. Mereka baru aja saling kenal beberapa hari tapi sekarang sudah sampai pada tahapan suami istri.
Tingen bahkan sudah mencium Fenqing dan melihatnya t*l*njang. Tingen merasa nggak tega kalo lihat Fenqing tidur di lantai. Ia akan membagi tempat tidurnya. Dan sebenarnya Tingen sudah melihat semuanya tadi di kamar mandi.
Ah Wei berlari ke rumah Tingen sambil mengingat apa saja yang ia lalui bersama Fenqing beberapa tahun ke belakang.
Ah Wei sampai di depan rumah Tingen dan teriak-teriak manggil Fenqing tapi Fenqing yang berada di kamar Tingen nggak mendengarnya.
Tingen meminta Fenqing untuk membantunya merapikan resep berdasarkan kategorinya, goreng, pencuci mulut dan sup.
Ah Wei menelpon Fenqing dan memberitahu kalo dia ada di bawah. Mereka melihat Ah Wei dari atas. Fenqing pamit. Dia mau nemuin Ah Wei. Tingen nggak bilang apa-apa dan hanya mengangguk.
Fenqing menemui Ah Wei dan langsung dikasih banyak pertanyaan. Ada apa? Kenapa Fenqing mendadak jadi tunangannya Huo Tingen? Fenqing bingung dan nggak tahu gimana menjelaskannya.
Ah Wei nggak ngerti kenapa Fenqing nggak bisa mengatakannya. Mereka sudah lama kenal dan selama ini selalu bersama kalo ada masalah. Kenapa sekarang enggak?
Tingen tiba-tiba datang dan menarik Fenqing ke sisinya. Ah Wei mengingatkan kalo Tingen hanya akan melukai Fenqing kalo berada di sampingnya.
Dengan tenang Tingen mengatakan kalo dia ingin Fenqing berada di sampingnya karena ia ingin melindungi Fenqing. Ah Wei menarik tangan Fenqing dan mengajaknya pulang. Di saat yang sama Tingen juga menarik tangannya.
Fenqing bingung mesti milih Ah wei apa Tingen. Pada akhirnya ia memilih tinggal. Ah Wei nggak terima dengan keputusan Fenqing sedangkan Tingen malah mempersilakan Fenqing untuk memilih sendiri. Tetap tinggal atau pergi. Ia pun melepaskan tangan Fenqing. Ah Wei juga melepaskan tangan Fenqing.
Fenqing mundur dan kembali ke sisi Tingen. Tingen pergi dan bilang kalo dia menunggu Fenqing di kamar. Fenqing meminta Ah Wei untuk bicara lagi lain kali. Dan ia pun pergi. Ah Wei terdiam dan nggak bisa menahan Fenqing lagi.
Tingen membawa selimut. Dia akan tidur di lantai dan Fenqing bisa tidur di ranjang. Fenqing menyuruh Tingen untuk tidur di ranjang karena dia habis sakit. Akhirnya Tingen tidur di ranjang. Ia lalu bertepuk tangan dan lampu pun mati. Fenqing memanggil Tingen dan mengingatkan kalo dia takut gelap. Tingen menepuk tangannya lagi dan lampu kembali menyala. Dia meminta agar Fenqing menahannya.
Fenqing mengalah. Lampu kembali dimatikan dan dia nggak bisa tidur gara-gara takut. Dia meraih tangan Tingen dan memegangnya. Tingen merasa nggak nyaman. Dia pun menepuk tangannya dua kali untuk menyalakan lampu. Fenqing malah menyinggung tentang Ah Wei yang membuat Tingen nggak suka.
Mereka lalu mengobrol tentang umur masing masing. Fenqing 27 dan Tingen 34. Tingen memberitahu kalo kata ibunya saat umur 3 tahun dua sudah bisa baca 300 puisi Tang dan 3 karakter klasik dan saat 5 tahun dia sudah bisa membuat kaligrafi Cina. Tapi pas umur 7 tahun dia lupa semuanya.
Fenqing tersenyum. Pas Tingen umur 7 tahun berarti dia baru lahir. Tingen melanjutkan kalo saat dia kelas 1 SD dia dapat nilai paling rendah dari seluruh kelas. Fenqing ikutan cerita tentang masa kecilnya. Saat dia kelas 1 SD ayahnya meninggal. Dia bekerja keras paruh waktu untuk membesarkan adiknya dan membantu ibunya membayar hutang.
Tingen merasa kalo Fenqing hebat. Dia sendiri pertama kali kerja paruh waktu saat SMA dan saat itu juga ibunya menikah lagi. Adiknya, Tinglilah yang paling menentang pernikahan ibunya. Dan uang yang Tingen dapat dari kerja paruh waktu ia berikan pada adiknya buat beli snack buar adiknya bahagia.
Fenqing nggak ngerti kenapa Tingen cerita kepadanya. Tingen bilang kalo dia nggak bisa tidur karena terlalu terang dan ia juga ingin Fenqing lebih mengenalnya. Tingen lalu mengalihkan dengan menceritakan kisahnya yang lain. Dan ujung-ujungnya mereka malah membahas nama panggilan mereka saat kecil. Tingen, En En dan Fenqing dipanggil Qing.
Tiba-tiba Tingen menawari Fenqing buat tidur di ranjang bersamanya. Dia akan meminjamkan tangannya buat digenggam sama Fenqing kalo Fenqing merasa takut. Menurutnya Fenqing harus belajar tidur dengan mematikan lampu karena dia sudah dewasa. Dia janji nggak akan macam-macam.
Fenqing setuju naik ke tempat tidur. Dia menggenggam tangan Tingen. Tingen meminta tangan Fenqing yang lain untuk menepuk tangannya biar lampunya mati. Fenqing malah seneng dia mematikan dan menyalakan lampu dengan bertepuk tangan. Dan malam itu mereka tidur bersama sambil pegangan tangan.
Nenek bicara dengan foto anaknya, ayahnya Tingen, yang sudah nggak ada. Dia menceritakan kalo dia sudah ketemu dengan ibunya Fenqing dan pertunangan antara Fenqing dan Tingen. Entah apa yang terjadi di masa lalu sampai nenek cerita sambil menangis. Nenek tahu kalo Tingen dan Fenqing hanya bersandiwara. Nggak masalah selama Tingen bahagia.
Malam makin larut. Penyakit mengigau Fenqing kambuh lagi. Dia nelpon pakai sandal dan menendangi Tingen sampai jatuh dari tempat tidur.
Paginya ibu datang ke kamar Tingen tapi yang ada cuman Fenqing. Ibu manggil Tingen dan tiba-tiba Tingen muncul dari bawah tempat tidur. Hidungnya mimisan dan barusan dia tidur di lantai.
Ibu membangunkan Fenqing dan memarahinya katena berani membiarkan anaknya tidur di lantai. Fenqing membuka matanya. Dia mau bangun tapi nggak bisa gara-gara tangan dan kakinya diikat dasi sama Tingen. Ibu nyuruh Fenqing untuk menemuinya 5 menit lagi.
Fenqing dan Ruxi menemui ibu Tingen dan ibu Tianzhi. Seleksi mantu terbaik akan segera dimulai. Fenqing dapat tugas merangkai bunga, membuat kaligrafi, sementara Ruxi kebagian tugas bersih-bersih dan memasak.
Bersambung...
Ah Wei datang ke rumah Fenqing dan membawakan panci buat ibu. Saat mau pulang nggak sengaja ia menginjak kacang hijau yang Fenqing tumpahkan tadi pagi. Ia memungutinya lalu menangis.
Ini adalah malam pertama buat Fenqing dan juga Tingen. Keduanya sangat gugup dan juga nggak nyangka kalo mereka akan berakhir seperti itu. Mereka baru aja saling kenal beberapa hari tapi sekarang sudah sampai pada tahapan suami istri.
Tingen bahkan sudah mencium Fenqing dan melihatnya t*l*njang. Tingen merasa nggak tega kalo lihat Fenqing tidur di lantai. Ia akan membagi tempat tidurnya. Dan sebenarnya Tingen sudah melihat semuanya tadi di kamar mandi.
Ah Wei berlari ke rumah Tingen sambil mengingat apa saja yang ia lalui bersama Fenqing beberapa tahun ke belakang.
Ah Wei sampai di depan rumah Tingen dan teriak-teriak manggil Fenqing tapi Fenqing yang berada di kamar Tingen nggak mendengarnya.
Tingen meminta Fenqing untuk membantunya merapikan resep berdasarkan kategorinya, goreng, pencuci mulut dan sup.
Ah Wei menelpon Fenqing dan memberitahu kalo dia ada di bawah. Mereka melihat Ah Wei dari atas. Fenqing pamit. Dia mau nemuin Ah Wei. Tingen nggak bilang apa-apa dan hanya mengangguk.
Fenqing menemui Ah Wei dan langsung dikasih banyak pertanyaan. Ada apa? Kenapa Fenqing mendadak jadi tunangannya Huo Tingen? Fenqing bingung dan nggak tahu gimana menjelaskannya.
Ah Wei nggak ngerti kenapa Fenqing nggak bisa mengatakannya. Mereka sudah lama kenal dan selama ini selalu bersama kalo ada masalah. Kenapa sekarang enggak?
Tingen tiba-tiba datang dan menarik Fenqing ke sisinya. Ah Wei mengingatkan kalo Tingen hanya akan melukai Fenqing kalo berada di sampingnya.
Dengan tenang Tingen mengatakan kalo dia ingin Fenqing berada di sampingnya karena ia ingin melindungi Fenqing. Ah Wei menarik tangan Fenqing dan mengajaknya pulang. Di saat yang sama Tingen juga menarik tangannya.
Fenqing bingung mesti milih Ah wei apa Tingen. Pada akhirnya ia memilih tinggal. Ah Wei nggak terima dengan keputusan Fenqing sedangkan Tingen malah mempersilakan Fenqing untuk memilih sendiri. Tetap tinggal atau pergi. Ia pun melepaskan tangan Fenqing. Ah Wei juga melepaskan tangan Fenqing.
Fenqing mundur dan kembali ke sisi Tingen. Tingen pergi dan bilang kalo dia menunggu Fenqing di kamar. Fenqing meminta Ah Wei untuk bicara lagi lain kali. Dan ia pun pergi. Ah Wei terdiam dan nggak bisa menahan Fenqing lagi.
Tingen membawa selimut. Dia akan tidur di lantai dan Fenqing bisa tidur di ranjang. Fenqing menyuruh Tingen untuk tidur di ranjang karena dia habis sakit. Akhirnya Tingen tidur di ranjang. Ia lalu bertepuk tangan dan lampu pun mati. Fenqing memanggil Tingen dan mengingatkan kalo dia takut gelap. Tingen menepuk tangannya lagi dan lampu kembali menyala. Dia meminta agar Fenqing menahannya.
Fenqing mengalah. Lampu kembali dimatikan dan dia nggak bisa tidur gara-gara takut. Dia meraih tangan Tingen dan memegangnya. Tingen merasa nggak nyaman. Dia pun menepuk tangannya dua kali untuk menyalakan lampu. Fenqing malah menyinggung tentang Ah Wei yang membuat Tingen nggak suka.
Mereka lalu mengobrol tentang umur masing masing. Fenqing 27 dan Tingen 34. Tingen memberitahu kalo kata ibunya saat umur 3 tahun dua sudah bisa baca 300 puisi Tang dan 3 karakter klasik dan saat 5 tahun dia sudah bisa membuat kaligrafi Cina. Tapi pas umur 7 tahun dia lupa semuanya.
Fenqing tersenyum. Pas Tingen umur 7 tahun berarti dia baru lahir. Tingen melanjutkan kalo saat dia kelas 1 SD dia dapat nilai paling rendah dari seluruh kelas. Fenqing ikutan cerita tentang masa kecilnya. Saat dia kelas 1 SD ayahnya meninggal. Dia bekerja keras paruh waktu untuk membesarkan adiknya dan membantu ibunya membayar hutang.
Tingen merasa kalo Fenqing hebat. Dia sendiri pertama kali kerja paruh waktu saat SMA dan saat itu juga ibunya menikah lagi. Adiknya, Tinglilah yang paling menentang pernikahan ibunya. Dan uang yang Tingen dapat dari kerja paruh waktu ia berikan pada adiknya buat beli snack buar adiknya bahagia.
Fenqing nggak ngerti kenapa Tingen cerita kepadanya. Tingen bilang kalo dia nggak bisa tidur karena terlalu terang dan ia juga ingin Fenqing lebih mengenalnya. Tingen lalu mengalihkan dengan menceritakan kisahnya yang lain. Dan ujung-ujungnya mereka malah membahas nama panggilan mereka saat kecil. Tingen, En En dan Fenqing dipanggil Qing.
Tiba-tiba Tingen menawari Fenqing buat tidur di ranjang bersamanya. Dia akan meminjamkan tangannya buat digenggam sama Fenqing kalo Fenqing merasa takut. Menurutnya Fenqing harus belajar tidur dengan mematikan lampu karena dia sudah dewasa. Dia janji nggak akan macam-macam.
Fenqing setuju naik ke tempat tidur. Dia menggenggam tangan Tingen. Tingen meminta tangan Fenqing yang lain untuk menepuk tangannya biar lampunya mati. Fenqing malah seneng dia mematikan dan menyalakan lampu dengan bertepuk tangan. Dan malam itu mereka tidur bersama sambil pegangan tangan.
Nenek bicara dengan foto anaknya, ayahnya Tingen, yang sudah nggak ada. Dia menceritakan kalo dia sudah ketemu dengan ibunya Fenqing dan pertunangan antara Fenqing dan Tingen. Entah apa yang terjadi di masa lalu sampai nenek cerita sambil menangis. Nenek tahu kalo Tingen dan Fenqing hanya bersandiwara. Nggak masalah selama Tingen bahagia.
Malam makin larut. Penyakit mengigau Fenqing kambuh lagi. Dia nelpon pakai sandal dan menendangi Tingen sampai jatuh dari tempat tidur.
Paginya ibu datang ke kamar Tingen tapi yang ada cuman Fenqing. Ibu manggil Tingen dan tiba-tiba Tingen muncul dari bawah tempat tidur. Hidungnya mimisan dan barusan dia tidur di lantai.
Ibu membangunkan Fenqing dan memarahinya katena berani membiarkan anaknya tidur di lantai. Fenqing membuka matanya. Dia mau bangun tapi nggak bisa gara-gara tangan dan kakinya diikat dasi sama Tingen. Ibu nyuruh Fenqing untuk menemuinya 5 menit lagi.
Fenqing dan Ruxi menemui ibu Tingen dan ibu Tianzhi. Seleksi mantu terbaik akan segera dimulai. Fenqing dapat tugas merangkai bunga, membuat kaligrafi, sementara Ruxi kebagian tugas bersih-bersih dan memasak.
Bersambung...