All content from tvN
Penulis: Anysti
Sinopsis lengkap: Sinopsis lengkap Hometown Cha-Cha-Cha
Sebelumnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 3
Selanjutnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 5
Hong Banjang ke toko perkakasnya Geum Cheol dan mengambil uang yang belum ia bayarkan. Ia minta amplop tapi malah dikasih kantong kresek.
Setelahnya ia menemui nenek Gamri yang sedang mengupas kentang di depan rumah. Nenek mendiamkannya. Hong Banjang menyesalkan nenek yang marah padanya. Padahal ia hanya ingin membantunya. Ia pasti kesakitan saat menggosok gigi.
Ia lalu mau memberikan uangnya pada nenek agar ia bisa mendapatkan perawatan untuk giginya. Nenek nyuruh Hong Banjang untuk pergi dalam hitungan ketiga. Karena Hong Banjang nggak juga pergi akhirnya nenek Gamri menyiramnya pakai air.
Hong Banjang lari tapi ia bilang kalo ia akan datang lagi besok.
Di depan Mi Seon Hyejin mengeluhkan Hong Banjang yang mengkritiknya dan suka ikut campur. Mi Seon malah nggak ngerti kenapa Hyejin sangat marah. Hyejin membantahnya. Lah padahal detak jantungnya 160 per menit dan intensitas suaramu 100 desibel. Baru kali ini dia lihat Hyejin seperti itu gegara orang lain.
Hyejin membantah. Lah habis itu Hong Banjang nelpon. Hyejin makin kesal dan menunjukkannya ke Mi Seon.
Setelahnya Hyejin menemui Hong Banjang. Sinis. Ngapain Hong Banjang mengajaknya ketemu malam-malam. Hong Banjang menunjukkan kalo Hyejin tetap datang. Hyejin ngambek dan mau pergi tapi Hong Banjang menahannya dan memintanya untuk duduk.
Setelah Hyejin duduk Hong Banjang menunjukkan cahaya di kejauhan. Itu kapal penangkap cumi-cumi. Cahayanya memang redup. Tapi dari kejauhan terlihat cantik. Seperti lampu yang menyinari laut. Nenek Gamri sudah bertahun-tahun bekerja menyiangi cumi-cumi. Dia nggak pernah bosan dan paling suka cumi-cumi. Tapi sudah lama dia nggak bisa memakannya.
Hyejin malas dan minta Hong Banjang agar berhenti membuatnya merasa bersimpati. Hong Banjang mengatakan kalo ia akan membayar biaya perawatannya. Tapi ia minta Hyejin hnguk merahasiakan pemasangan implannya. Katakan saja ini metode perawatan lain yang lebih murah.
Nggak bisa. Hyejin menolak. Apa pun hasilnya, dokter harus bertanggung jawab. Karena itulah pasien diberi tahu detail pengobatannya. Hong Banjang mengiyakan. Dia lalu nyuruh Hyejin untuk memberitahu biayanya sekali lagi. Dia yang akan bayar tapi bilang kalo Hyejin memberinya diskon.
Hyejin nggak ngerti kenapa Hong Banjang kekeuh banget. Ia menunjukkan kalo nenek Gamri nggak mau dirawat. Hong Banjang membantah. Bukan nggak mau, tapi nggak bisa. Dia selalu mendahulukan orang lain, jadi dia nggak tahu cara merawat dirinya sendiri.
Lalu menahan rasa sakit? Tanya Hyejin. Egois. Hong Banjang membantah. Justru menurutnya nenek Gamri adalah orang paling nggak egois yang ia kenal. Sejak masih muda, dia bekerja apa pun demi anaknya. Sekarang pun dia nggak mau merepotkan orang lain.
Menurut Hyejin itu b*doh dan melihatnya membuatnya frustrasi. Hong Banjang menegur Hyejin yang kasar sekali. Hyejin melanjutkan kalo yang seharusnya orang tua lakukan demi anaknya adalah hidup sehat dan panjang umur. Bukan menahan sakit demi memberikan lebih banyak uang. Tapi menjaga dirinya dengan baik.
Hong Banjang terdiam menatap Hyejin yang pergi meninggalkannya.
Sampai rumah Hyejin yang masih kesal lalu menggosok gigi sambil mengingat masa lalunya. Ia yang masih kecil teringat saat beli sundae sama ibunya. Dengan uang yang ia punya ia pun membelinya. Tapi sampai rumah ia malah melihat ibunya muntah di toilet. Ia menyembunyikan makanannya dan terdiam.
Hong Banjang juga masih di tempatnya. Ingat saat Hyejin melihat ibu dan anak perempuan yang mau bukan madu. Hyejin bilang kalo ia nggak ingat ibunya. Hhh nggak ingat apanya.
Esok harinya Hong Banjang kembali mendatangi nenek Gamri. Dia sedang mencuci. Nenek siap mau menyiramnya tapi Hong Banjang buru-buru bilang kalo dia nggak membawa amplop berisi uang.
Hong Banjang membantunya mencuci. Nenek membiarkannya dan duduk sambil mengawasi. Ia melihat lonceng yang Hong Banjang berikan. Ia suka suaranya. Hong Banjang mengiyakan. Ia nyuruh Nenek untuk mendengar suara yang indah, melihat pemandangan yang indah dan makan makanan yang enak. Ada yang bilang padanya kalo hal yang harus dilakukan orang tua demi anaknya adalah hidup sehat.
Nenek terdiam dengar itu.
Hyejin sedang makan siang bersama Mi Seon. Ia teringat apa yang Hong Banjang bilang kalo nenek Gamri sudah lama bekerja menyiangi cumi-cumi. Ia suka cumi-cumi tapi nggak bisa lagi memakannya.
Ia mencicipinya dan merasa kalo itu alot. Ia mencicip yang lain. Alot juga. Mi Seon sampai mengancam akan mengambil nasinya kalo mencela lauk mulu.
Di rumah nenek nelpon Woo Seok, anaknya sekedar menanyakan sudah makan siang belum? Sudah memakan kepiting berbumbunya? Woo Seok mengaku sedang sibuk belakangan jadi nggak sempat makan di rumah.
Nenek Gamri berpesan agar Woo Seok menjaga kesehatan nya. Woo Seok mengiyakan dan minta ibunya untuk menjaga kesehatannya juga. Ia lalu menyinggung kalo beberapa hari yang lalu Dusik menelponnya.
Jadi Hong Banjang nelpon setelah bicara sama Hyejin. Ia memberitahukan kondisi nenek Gamri yang kondisi giginya kurang bagus. Dia harus memasang implan, tapi bersikeras nggak mau. Ia menyarankan agar Woo Seok bicara padanya.
Woo Seok nggak mau memaksa ibunya untuk memasang implan kalo nggak mau. Setelah mencari tahu, ternyata ada orang tua yang justru kesulitan setelah memasang implan. Ia menawarkan agar ibunya menunggu sebentar lalu memasang gigi palsu saja. Tahun ini keuangannya sulit. Minju berkuliah di Amerika, dan biayanya sangat mahal.
Nenek Gamri menenangkan kalo dia nggak papa dan minta agar Woo Seok nggak usah khawatir. Nenek juga menanyakan kabar cucunya.
Hyejin dan Mi Seon sudah selesai bekerja. Mereka senang banget seminggu ini pasien mereka bertambah banyak. Hyejin pikir kabar kalo ia dokter yang bagus sudah menyebar? Ia lalu melihat data nenek Gamri.
Sorenya Hyejin lewat depan rumah nenek Gamri. Dia juga nggak ngerti kenapa malah ke sana. Nenek Gamri yang melihatnya lalu memanggilnya dan menawarinya makan.
Hyejin dikasih makan sup kentang karena nenek nggak punya nasi. Sambil makan nenek menyalakan tvnya. Apalagi kalo bukan saat ia muncul di tv.
Kala itu 2 tahun yang lalu. Nenek menunjukkan bukti kalo ayahnya adalah seorang pejuang kemerdekaan. Ibunya yang memberikannya padanya. Sayang ia nggak bisa membaca aksara Mandarin. Sampai 30 tahun yang lalu seorang anak yang sangat pintar membacakannya untuknya.
Hong Banjang datang. Nenek menunjukkan ke kamera kalo dialah anak yang membacakannya. Nenek memberitahu Hyejin kalo ayahnya menamainya dari bendera Korea.
Bersambung...