All content from tvN
Penulis: Anysti
Sinopsis lengkap: Sinopsis lengkap Hometown Cha-Cha-Cha
Sebelumnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 2 part 4
Selanjutnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 1
Hari bersih-bersih tiba. Semua orang turun ke jalan untuk melakukan pembersihan. Hwajung datang ke rumah Hyejin karena ia nggak juga datang sampai jam 9 lebih. Ternyata dia baru bangun.
Hyejin minta ijin untuk nggak ikut sekali aja. Ia akan ikut pekan depan. Hwajung mengiyakan dan bisa memakluminya. Setelahnya Hyejin kembali tidur. Lah habis itu malah Hong Banjang yang datang. Katanya dia nggak akan pergi sampai Hyejin keluar.
Mi Seon yang merasa terganggu nyuruh Hyejin untuk keluar. Ia bahkan menendangnya sampai jatuh dari tempat tidur.
Hyejin akhirnya menemui Hong Banjang. Ia mengaku nggak enak badan. Mungkin karena kelelahan membuka klinik. Ia juga merasa demam. Hong Banjang menyayangkan dan mengeluarka termometer tembak. Suhunya 36,3 derajat. Itu 0,2 derajat di bawah rata-rata.
Lah habis itu Hyejin malah bilang kalo mungkin ia hipotermia. Hong Banjang nggak mau tahu lagi dan nyuruh Hyejin keluar.
Akhirnya Hyejin melakukannya. Tapi ia malah kayak nggak niat nyapunya.
Habis itu di klinik mendadak ada yang datang. Hyejin dan Mi Seon menatapnya seakan nggak percaya. Tapi habis itu mereka merasa senang banget sampai mau melompat-lompat. Dan nggak hanya satu. Setelah itu datang dua pasien lagi.
Hong Banjang ada di kafe Chun Jae dan sedang telponan sama Eun Cheol. Ih ternyata Eun Cheol datang ke klinik Hyejin atas rekomendasi dari Hong Banjang. Semuanya berjalan lancar. Perawatannya juga nggak sakit, berarti dia sangat kompeten, harganya pun masuk akal.
Chun Jae datang. Ia meminta maaf karena tadi keluar. Hong Banjang bilangnya nggak papa karena ia dibayar untuk menjaga kafe. Chun Jae bercanda kalo nanti orang pikir gajinya besar. Ia nggak ngerti kenapa Hong Banjang nggak mau naik gaji?
Hong Banjang mengaku suka yang seperti sekarang. Chun Jae mengingatkan kalo Hong Banjang bilangnya mau mancing. Dia yang akan jaga. Hong Banjang mengiyakan. Setelah ia menyelesaikan kopinya. Ia lalu menunjukkan file yang ia unggah dalam komputernya.
Chun Jae nggak ngerti file apa.
Lagu andalan album keduamu, "Akhir dan Awal".
Chun Jae melihatnya. Harusnya itu nggak ada di tempat sampah. Hong Banjang mengingatkan kalo jaman sudah berubah. Semuanya sudah digital, ia nggak perlu mendengarnya di kaset. Chun Jae merasa kalo Hong Banjang sangat perhatian padanya. Tapi itu sudah nggak perlu. Ia sudah selesai mengenang masa lalu. Ia nggak akan bisa menjadi penyanyi sukses di usianya sekarang, jadi, ia harus melanjutkan hidup. Ia harus memfokuskan diriku untuk memperbaiki kafe, menyekolahkan Ju Ri ke sekolah mode agar dia menjadi desainer.
Hong Banjang mau mengatakan sesuatu tapi Chun Jae memotong dan memintanya untuk mengajarinya membuat kopi.
Klinik Hyejin sangat ramai.
Hong Banjang membaca buku di pantai. Walden karya Henry David Thoreau. Yang kudambakan adalah bunga dan buah manusia.
Akhirnya pekerjaan Hyejin selesai. Ia merasa sangat senang sampai nggak merasa lelah. Itu bisa menjadi awal kesuksesan besar.
Tapi Mi Seon merasa aneh. Kenapa tiba-tiba banyak pasien dari nggak ada sama sekali? Situasi mereka benar-benar berubah dalam semalam. Ia bertanya-tanya apa iklannya di media sosial berpengaruh? Atau mungkin rumor buruk Hyejin akhirnya mereda.
Hyejin terdiam. Pun saat ia kembali ke ruangannya. Ia melihat CD album Chun Jae di mejanya. Terngiang kembali apa yang Hong Banjang katakan.
Hidup nggak selalu adil bagi semua orang. Ada orang yang jalannya penuh lubang dan nggak mulus. Ada juga orang yang berlari sekuat tenaga, lalu menemui jurang di ujung jalannya.
Dalam perjalanan pulang Hyejin yang melewati kafe Chun Jae nggak sengaja ketemu dengannya. Keduanya sama-sama nggak nyaman. Chun Jae mau merokok tapi nggak jadi. Hyejin mengaku sudah mendengarkan album uang Chun Jae berikan. Jujur ia nggak suka "Olahraga di Terang Bulan" nggak begitu bagus.
Chun Jae nggak begitu menanggapi. Hyejin melanjutkan kalo ia suka "Luka Biru di Dalam Hati". Melodinya enak dan aku bisa memahami liriknya. Mendengarnya membuat Chun Jae senang b
Hyejin juga meminta maaf atas perkataannya tempo hari. Ih Chun Jae berlagak lupa. Tempo hari? Hari apa itu? Hyejin lalu menanyakan Hong Banjang.
Chun Jae memberitahu kalo Hong Banjang pergi ke dataran lumpur. Tempat Batu Kura-kura. Hyejin mengiyakan. Ia pamit dan nyuruh Chun Jae untuk melanjutkan merokoknya. Chun Jae mengaku mau berhenti merokok. Penyanyi nggak boleh merokok.
Ia lalu masuk ke kafe dan mendengarkan lagu yang Hyejin maksud.
Hyejin menemukan Hong Banjang. Dia sedang memancing. Ia berusaha untuk mendekatinya tapi tempatnya nggak nyaman. Seelah lebih dekat ia lalu memanggilnya.
Hong Banjang nggak dengar. Setelah dipanggil dua kali baru dia nengok. Nggak nyangka bisa lihat Hyejin di sana. Hyejin memberitahu kalo ada yang mau ia katakan. Hong Banjang nyuruh Hyejin untuk mengatakannya.
Hyejin memberitahu kalo ada banyak orang datang ke klinik hari ini. Ia merasa harus berterima kasih. Ia juga memikirkan perkataannya tempo hari. Ia nggak bilang kalo apa yang dikatakannya benar, tapi...
Lah setelah bicara panjang banget Hong Banjang malah bilang nggak bisa dengar dan nyuruh Hyejin untuk naik. Hyejin melihat sepatunya dan bilang nggak bisa.
Hong Banjang melihatnya kesal. Sepatunya selalu merepotkannya. Akhirnya dia yang turun dan menghampiri Hyejin. Ia mengulurkan tangannya dan membantu Hyejin. Lah Hyejin malah terpeleset dan hampir jatuh. Beruntung Hong Banjang menolongnya. Keduanya saling menatap. La la la la la romantic sunday...
Epilog
Hong Banjang kecil sedang bersama kakeknya. Kakek habis menangkap ikan. Ia dapat banyak ikan hari ini. Ada ikan gelama juga, kesukaannya. Hong Banjang mengaku paling suka ikan itu. Kakek menawarkan untuk memasaknya untuk makan malam. Ih Hong Banjang senang banget dengarnya.
Seseorang lalu menghampiri kakek dan minta kakek untuk membantu memotret. Kakek mengaku nggak bisa menggunakannya dan pria itu mengajari kakek.
Ternyata keluarga yang kakek potret adalah keluarganya Hyejin. Ibu minta Hyejin untuk senyum. Hyejin nggak bisa karena ibu sedang sakit. Ibu menenangkan kalo dia sudah nggak sakit.
Hong Banjang melucu agar Hyejin bisa tersenyum. Dan pada hitungan ketiga Hyejin beneran tersenyum.
Setelah selesai Hong Banjang terus saja melihat Hyejin. Kakek pikir cucunya pingin dipotret juga jadi kakek mengajaknya untuk ke studio foto untuk mengambil foto juga.
Hong Banjang dewasa mengambil buku dari rak bukunya. Di meja ada fotonya sama kakek yang diambil setelah memotret Hyejin dan orang tuanya. Foto yang sama sama yang Hyejin lihat di studio foto.
Bersambung...