Translate

Jumat, 08 Oktober 2021

Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 3

All content from tvN




Penulis: Anysti

Sinopsis lengkap: Sinopsis lengkap Hometown Cha-Cha-Cha

Sebelumnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 2

Selanjutnya: Sinopsis Hometown Cha-Cha-Cha episode 3 part 4







Young Guk makan permen Kopiko yang diambilnya dari meja Yong Hun. Katanya habis itu ngantuknya langsung hilang. Padahal tadi ngantuk banget. Apa karena hari ini hari Senin? Lah padahal tiap hari juga ngantuk. 


Hwajung datang bersama Hong Banjang sambil bawa sampah. Mereka mengeluh ke Young Guk selaku kepala desa yang nggak juga memenuhi tuntutan mereka untuk memasang kamera pengawas dan sekarang ada satu lagi kasus membuang sampah sembarangan. 


Young Guk mengaku sudah menyampaikannya ke dewan balai kota tapi belum ada tanggapan. Hwajung dan Hong Banjang mengancam akan melakukan penyelidikan sendiri. Mereka mau membuka sampah itu dan menyelidiki pelakunya. 


Semuanya lalu kompak melarang. Young Guk juga melarang Hwajung melakukannya. Ia yang hari ini mau ke balai kota menjanjikan kalo ia akan menyampaikannya pada mereka agar pemasangan kamera pengawas bisa disetujui. 


Hong Banjang maunya kamera tiga juta piksel beresolusi tinggi yang dapat diatur sudutnya. Young Guk setuju dan akhirnya mereka mau pergi dari sana. Hhh Young Guk langsung kemas jadinya. 



Mi Seon sedang berdandan. Dia bahkan minta Hyejin untuk memilihkan warna lipstik untuknya. Hari ini pasiennya banyak. Ia nyuruh Hyejin untuk melemaskan pundak dan lehernya. 


Tapi Hyejin penasaran. Mi Seon dandan buat siapa? Katanya buat yang sudah janji akan datang. Hyejin melihat daftarnya. Eun Cheol lalu datang. Ih Hyejin paham deh buat siapa. 



Hyejin selesai melakukan perawatan pada Eun Cheol dan nyuruh Mi Seon untuk melakukan sisanya. 


Mi Seon akan menambal giginya dan melarangnya untuk menutup mulutnya. Sambil menyiapkan alatnya, Mi Seon mengajukan beberapa pertanyaan. Eun Cheol herannya Mi Seon bisa paham sama apa yang ia katakan. Bahkan setelah selesai dan dia mau pergi pun dia masih bingung. Kenapa Mi Seon bisa ngerti? 






Hong Banjang habis beli ikan halibut dan ketemu sama nenek Garim. Nenek Garim menawarinya tumpangan. Hong Banjang bilang ke nenek Gamri kalo nenek bisa membakar ikannya untuk lauk karena ia akan memakannya bersamanya. Nenek Gamri tahu kalo Hong Banjang cuman pingin makan masakannya. Hong Banjang tertawa. Lah ketahuan. 


Masakannya sudah jadi. Hong Banjang makan dengan lahap dan memuji rasanya. Nenek Gamri menonton videonya saat tampil di tv. Hong Banjang menanyakan apa yang dikatakan Won-seok, anaknya nenek Gamri. 


Ternyata mereka nggak ketemu. Padahal nenek Gamri sudah datang jauh-jauh ke Seoul tapi nggak bisa makan bareng. Nenek nyuruh Hong Banjang untuk naruh nasi di cangkang kepitingnya. Rasanya enak. 


Nenek Gamri sendiri nggak makan. Dia cuman makan sedikit nasi pakai kuah. Pun itu kayak tersiksa banget makannya. Giginya sakit. Hong Banjang khawatir lihatnya. 




Hyejin pulang sama Mi Seon sambil membicarakan Eun Cheol. Kelihatan banget kalo Mi Seon suka sama Eun Cheol. Padahal baru ketemu beberapa kali sudah suka. 


Menurut Mi Seon bukan jumlahnya yang penting. Wajahnya tampan. Apalagi saat memakai seragam. Selain itu, dia empat tahun lebih muda. Tentu dia suka. 


Hyejin tersenyum dan menilai kalo Mi Seon sederhana banget. Tapi gimana dia bisa tahu tanggal lahirnya? Dia curiga Mi Seon  menyalahgunakan data pasien. Itu melanggar undang-undang perlindungan data pribadi.





"Bu Dokter!"


Lah ada Bora di depan rumah. Katanya Bora mau lihat landak. Sampai di dalam Hyejin menegur Bora yang terlalu sering datang. Bora bilang dia kangen sama landaknya. Hyejin menyuruhnya untuk melihatnya sampai puas karena sudah di sana. 


Bora menanyakan ke Bu dokter apa pernah meletakkan landak ke tangannya? Hyejin menjawab nggak pernah. Bora nanya lagi apa Hyejin pernah membiarkan landaknya jalan-jalan? Hyejin kembali menjawab nggak pernah. Bora bilang ia sudah belajar banyak tentang landak. Ternyata mereka bisa berteman dengan landak. Kalau sudah akrab, dia akan menyembunyikan durinya agar ia bisa memegangnya.


Lah Hyejinnya aja sudah kerepotan dengan ngasih makan dan membersihkan kotorannya. Lagian sebentar lagi juga Bora akan mengambilnya. Tapi menurut Bora seenggaknya mereka bisa berteman selama landak ada di rumahnya. 


Hyejin menanyakan kapan ujiannya. Ijun belajar dengan rajin? Bora bilang Ijun sih selalu rajin belajar. Hari ini Ijin ulang tahun. Hyejin minta Bora untuk menyampaikan ke Ijun selamat ulang tahun. 






Ijun sendiri sedang merayakan ulang tahunnya bersama ayah dan ibunya. Setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan meniup lilin, ia mendapatkan hadiahnya dari ayah dan ibunya. Ibunya memberinya sebuah buku dan ayahnya memberinya satu set Lego yang paling mahal. 


Ayah dan ibu mengomentari hadiah masing-masing. Ijun selalu membaca buku tapi dikasih hadiah buku lagi. Sedang ibunya juga mengomentari hadiah ayahnya. Ijun nggak pernah bermain tapi malah dikasih mainan. 


Secara nggak terduga Ijun minta agar tahun depan ayah dan ibunya nggak perlu merayakan ulang tahunnya bersama karena mereka sudah bercerai. Dengan bijak Hwajung memberi pengertian kalo walaupun mereka sudah bercerai tapi mereka tetap ayah dan ibunya. Nggak ada yang berubah. Mereka nggak terpaksa melakukannya tapi ingin merayakannya bersama, makanya mereka berkumpul. 


Young Guk menambahkan kalo baginya ulang tahun Ijun adalah hari yang paling penting sampai bisa jadi hari libur nasional. Hwajung lalu mengajaknya makan kue. Ia sudah membelikan kue yang paling enak. 


Ijun mengingatkan kalo sebelum makan nasi mereka nggak boleh makan yang manis-manis dulu. Ijun emang anak yang sopan. Ia nggak mau makan sebelum yang tua makan dulu. Setelah orang tuanya makan barulah ia mulai makan. 









Hong Banjang menggendong nenek Gamri ke kliniknya Hyejin. Ia terpaksa melakukannya karena nenek Gamri menolak untuk periksa. 


Akhirnya Hyejin memeriksa kondisi giginya. Menurut hasil foto Hyejin rasa ia pasti kesulitan. Hong Banjang menanyakan apa kondisinya parah? Hyejin menekankan kalo ia ingin bicara sama pasien dan memintanya untuk nggak ikut campur. 


Nenek Gamri merasa wajar kalo giginya rusak karena ia sudah menggunakannya selama 80 tahun. Tapi menurut Hyejin giginya tergolong bagus untuk orang seusianya. Ia menyarankan agar nenek Gamri memasang implan. Nenek Gamri khawatir kalo itu mahal. 


Hyejin memberitahu kalo dua implan akan ditanggung asuransi jadi nenek hanya tinggal membayar satu. Nenek Gamri melihat biaya yang harus ia bayarkan dan menolaknya karena menurutnya itu mahal. Ia malah minta agar giginya dicabut saja. 


Hyejin menyarankan agar nenek Gamri memakai gigi palsu kalo ia keberatan dengan harganya. Tapi gigi palsu nggak sekuat implan saat digunakan untuk mengunyah. Ia sendiri menyarankan untuk memasang implan karena tulang giginya masih bagus. 


Nenek Gamri kekeuh menolak dan minta semua giginya yang rusak untuk dicabut. Hyejin memperingatkan kalo nebrk nggak bisa seenaknya mencabut gigi. Untuk orang tua itu berhubungan dengan nyawa. Tanpa gigi, ia nggak bisa makan dan bisa menderita malnutrisi. Tulangnya menjadi lemah dan nggak bisa bergerak.


Hong Banjang menegur Hyejin yang bicaranya seperti itu. Hyejin mendadak bertanya apa nenek nggak punya uang? Atau kesulitan secara ekonomi? 


Nenek membantahnya. Ia punya rumah dan tanah yang luas di Gongjin. Anaknya bekerja sebagai akuntan di Seoul. Cucunya kuliah di Universitas Harvard di Amerika. Hyejin langsung bilang kalo nenek nggak mau dirawat karena sayang uangnya dan menyuruhnya pergi. Nenek juga kesal dan akhirnya pergi. 


Hong Banjang menyusulnya dan berusaha untuk membujuk tapi nenek kekeuh nggak mau. 




Setelahnya Hong Banjang menemui Hyejin di ruangannya. Ia menyesalkan Hyejin yang sampai bicara seperti itu. Dokter macam apa yang bertanya apa dia nggak punya uang. Kalo nggak punya uang maka disuruh pergi. 


Hyejin minta Hong Banjang untuk menjaga bicaranya. Ia hanya menanyakan kondisi keuangan pasien yang bersikeras nggak mau dirawat. Hong Banjang paham. Tapi kan bisa bicara baik-baik. Hyejin nggak mau. Dikiranya toko kelontong, bisa milih barang semaunya? 


Ia menjelaskan kalo mencabut giginya sangat berisiko, tapi dia bersikeras dengan keinginannya. Hong Banjang ngerti tapi cara penyampaiannya salah. Kalo dia neneknya, apa ia akan bicara begitu?


Hyejin sinis. Dia bukan nenekku, kenapa harus peduli? Lagian Hong Banjang juga bukan keluarganya kenapa reaksinya berlebihan? Hong Banjang kecewa. Orang memang nggak mudah berubah, ya? Ia lalu pergi dari sana. 


Bersambung...


Facebook Twitter