“Orang yang suka minum pertama kali menyadari bahwa ini
adalah musim yang berbeda ketika mereka mengunjungi pasar ikan.”
Jiyeon dan Jigu sedang berada di pasar. Jigu mengambil ikan
dari salah satu toko kemudian membersihkan dan memotongnya, sedangkan Jiyeon
hanya melihat Jigu yang fokus memotong ikannya.
“Hal pertama yang dilihat Jigu begitu dia mulai melihat
adalah talenan, Ibunya adalah yang terbaik dalam menyiapkan sashimi di pasar
ikan di Busan. Jigu belajar segalanya dari ibunya dari balik bahunya. Dan suatu
hari empat tahun lalu, wanita itu segera menyadari bahwa Jigu memiliki bakat
dan dia menyerahkan pisau sashiminya pada Jigu, yang tidak dipercayakan pada
siapa pun, termasuk putranya, selama 35 tahun.”
Mengapa kau tidak membuat sashimi daripada melipat origami tanya Jiyeon setelah Jigu selesai memotong. Jigu memberi tahu kalau ia pergi ke Seoul agar tidak berurusan dengan ikan seperti ibu, jadi lebih baik mati daripada melakukan itu. Kenapa hanya ada kalian berdua tanya pedagangnya, kau punya teman gila lainnya. Oh, dia mungkin melepaskan tangannya di sini sekarang jawab Jiyeon. Maksudmu dia lari dari sini ucap Jigu.
Bagaimana menurutmu bukankah ini lebih baik tanya Bukgu saat
mengedit. Aku pikir itu lebih membosankan daripada yang sebelumnya jawab yang
lainnya. Benarkah tanya Bukgu kemudian memberi tahu kalau punggungnya sakit.
Mengapa punggungmu sakit tanya yang lainnya, sedangkan Sohee hanya diam
mengingat kejadian tadi malam, saat ia mencium Bokgu.
Penulis An panggil Bokgu kemudian bertanya bagaimana menurutmu apa yang lebih baik yang ini atau yang sebelumnya. Aku pikir versi sebelumnya lebih baik jadi ku pikir kita harus mengeditnya kembali jawab Sohee tanpa menatap Bokgu. Yah, ku rasa kita akan bekerja sedikit lagi, biarkan aku menyentuhnya sekali lagi ucap Bokgu dengan berteriak. Menyentuh ulang Sohee kembali mengigat kejadian tadi malam kemudian menggelengkan kepalanya.
Ini sangat enak ucap Jiyeon setelah makan Sashimi dan minum
soju kemudian bertanya kepada Jigu, haruskah aku meneleponnya. Dia mungkin
tidak menelepon karena dia belum selesai ucap Jigu, menyuruh Jiyeon makan dulu,
kita tidak bisa menunggunya selamanya jadi mari kita makan, setelahnya mereka
mulai makan lagi.
“Terkadang, ketika Jiyeon menjadi terlalu bersemangat
seperti ini, peranku sebagai pengontrol volume Jiyeon adalah penting,
masalahnya adalah aku tidak ada di sana sekarang.”
Ini sangat enak ucap Jiyeon. Permisi, suaramu sedikit keras
ucap pelanggan yang duduk di sebelahnya. Ini sangat enak sehingga aku tidak
bisa menahan diri, maafkan aku ucap Jiyeon setelahnya orang tersebut bergabung
dengan Jigu dan Jiyeon minum bersama. Hei, kau dan aku perlu bicara ucap Jigu
yang berteriak seraya meletakkan gelas di meja dengan kasar, kemudian berdiri,
menggeser meja dan memukul orang tersebut karena melihat orang tersebut
menyentuh Jiyeon.
“Ketika Jigu tiba-tiba ingin berbicara seperti ini, peranku sebagai pengontrol emosi Jigu adalah penting tapi masalahnya aku masih belum ada.”
Jadi siapa yang memulai perkelahian tanya polisi kepada Jigu
dan yang lainnya saat berada di kantor polisi. Kami bersenang-senang dan
sepakat untuk bergabung jadi kita tertawa dan minum bersama ucap Jiyeon. Itu
menyenangkan bagimu tanya Jigu kemudian berkata dengan berteriak jangan konyol
yang ingin dilakukan bajingan itu hanyalah tidur denganmu.
Aku baik-baik saja dengan apa yang dia lakukan ucap Jiyeon
menyuruh Jigu menghentikannya kemudian bertanya mengapa kau ikut campur,
memberi tahu kalau orang itu bilang akan memastikanmu masuk penjara. Han
Jiyeon, kau benar baik-baik saja dengan apa yang terjadi tanya Jigu. Kami hanya
bermain-main dan mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk ucap Jiyeon.
Apa kamu serius, apa kamu semudah itu tanya Jigu dengan berteriak. Ya, aku semudah itu, aku tidak punya harga diri atau otak balas Jiyeon dengan berteriak. Kalian berteman jadi berhenti berkelahi ucap polisi menghentikan mereka. Teman dengan dia tanya Jigu kemudian berkata dia bukan temanku. Kang Jigu, jika kita bukan teman, lalu kita apa tanya Jiyeon. Kamu tanya Jigu kemudian berkata kamu hanya teman Sohee saat melihat Sohee datang.
Kapan dua lainnya datang tanya pak Hwang setelah
mengantarkan minuman kepada Sohee. Mereka tidak akan datang mulai sekarang
jawab Sohee. Itu keinginan nomor satuku karena biaya minuman yang kalian
bertiga minum secara gratis mungkin akan dapat membeli rumah ucap Pak Hwang. Kau
harus bersantai sekarang karena ini benar-benar berakhir bagi kami ucap Sohee
kembali. Ini bukan pertama kalinya ucap Pak Hwang kemudian pergi.
Sohee mengirimkan foto makanan di obrolan grub mengetikkan “Kau
masih tidak akan datang, aku bosan.” Tapi tidak di balas oleh Jiyeon dan Jigu. Kamu
pergi, aku tidak pergi ucap Jigu kepada Jiyeon yang tengah berdiri di depan
pintu toserba. Apa aku mengenalmu tanya Sohee.
Kamu sangat kekanak-kanakan ucap Jigu, aku tidak sedang berbicara denganmu jadi ikuti saja jalanmu. Dia berbicara pada dirinya sendiri ucap Jiyeon dengan kesal. Haruskah aku memukulnya saja ucap Jigu dengan marah kemudian pergi.
Apakah kau akan makan itu tanya Bokgu yang datang kemudian
duduk di hadapan Sohee. Produser Kang panggil Sohee setelah melihatnya. Berikan
itu padaku, kenapa kau memegangnya tanya Bokgu kemudian memakan udang yang di
pegang Sohee, yang di rebutnya. Mengapa kamu di sini tanya Sohee. Bokgu memberi
tahu kalau ia datang untuk melihatmu.
Aku tidak memulainya tapi kau yang melakukannya, aku yakin itu kalau kamu menciumku lebih dulu ucap Sohee setelah mengungat kejadian di toserba kemudian bertanya kenapa kamu menciumku. Itu seperti daun perilla karena kau membuat kesalahan karena daun perilla juga jawab Bokgu, kamu membuat kesalahan, aku membuat kesalahan jadi mari sebut saja begitu dan lupakan.
Mengapa Sohee tidak menjawab teleponnya bukankah dia
bersamamu tanya Ibu Jigu kepada Jiyeon melalui panggilan telpon kemudian
menyuruhnya pulang, memberi tahu kalau ia bermimpi buruk hari ini. Ibumu baru
saja meneleponku dan dia mengkhawatirkanmu jadi hubungi dia teriak Jiyeon
kepada Jigu yang berjalan di depannya.
Terserah, pikirkan urusanmu sendiri ucap Jigu tanya menoleh. Aku bukan temanmu jadi aku bisa mengabaikanmu tapi aku merasa kasihan pada ibumu karena dia memiliki anak perempuan sepertimu teriak Jiyeon. Maka kau dapat memilikinya, dia bisa menjadi ibumu ucap Jigu balas berteriak kemudian pergi.
Seorang laki-laki mengikuti Jiyeon yang berjalan menuju
rumahnya, kemudian menahan pintu yang hendak di tutup dan masuk kedalam, setelahnya
terdengar teriakan dari Jiyeon. Setibanya di rumah, Jigu membuka ponselnya dan
mendapat panggilan darurat. Sohee yang sedang menggendong Bokgu yang sedang
mabuk, mendudukkannya di lantai setelah mendapat panggilan darurat kemudian
pergi meninggalkan Bokgu.
Jigu melempar batu ke kaca rumah Jiyeon membuatnya pecah, kemudian berlari menaiki tangga menungu rumahnya. Jigu mengambil alat pemadam kebakaran, mengarahkannya kepada laki-laki tersebut yang hendak melarikan diri kemudian memukulnya menyuruh bibi di samping rumah Jiyeon menghubungi polisi.
Sohee segera turun dari taksi setelah sampai, kemudian
berlari menuju rumah Jiyoen. Jiyeon panggil Sohee setelah menjawab
panggilannya. Seraya menangis Jiyeon berkata aku baik-baik saja, memberi
memberi tahu kalau Jigu di sini. Apa kamu baik-baik saja tanya Jigu dengan
khawatir. Kau tidak pulang tanya Jiyeon yang melihatnya dan dijawab Ya oleh
Jigu, kemudian kembali bertanya bagaimana kau sampai di sini begitu cepat. Aku
datang begitu saja jawab Jigu.
apakah kamu baik-baik saja tanya Sohee dengan khawatir
setelah sampai di dalam rumah Jiyeon dan menghampirinya kemudian memeluknya
sedangkan Jiyeon hanya diam dan menangis.
BERSAMBUNG…………