EPISODE
8 - JANGAN MENCARI MAUT, MAUT AKAN DATANG MENCARIMU.
Choi Yee
Jae mundur ke belakang saat melihat bayangan putih mucul seraya berteriak
jangan.
“Aku
selalu berpikir aku tahu banyak tentang ibuku. Namun, ternyata aku tidak tahu
apa-apa. Dahulu Ibu adalah gadis dengan impian besar. Gadis penuh impian itu
menjadi wanita, istri, lalu seorang ibu. Dia bahkan punya anak dengan pria yang
dia cintai. Kebahagiaannya, yang dia pikir akan bertahan selamanya hanya
bertahan sekejap.
Dahulu
aku tidak tahu bahwa alasan ibuku tidak hancur adalah karena aku. Ibuku
melewati terowongan yang jauh lebih gelap dan dalam daripada yang pernah
kulalui. Namun, dia tidak pernah menyerah atau menoleh ke belakang. Dia terus
melangkah maju dengan susah payah. Aku adalah orang yang diberkati karena memiliki
ibu seperti itu. Namun, bodohnya aku tak pernah bersyukur.”
Ibu Choi
Yee Jae berada di rumah sakit, menelepon sang putra tapi teleponnya tidak di
jawab. Dengan segera ibu Choi Yee Jae berganti pakaian kemudian menjawab
telepon masuk dari kantor polisi yang memberi tahu kalau sang putra tewas.
Dan sekarang,
ibu Choi Yee Jae menemui sang putra dan menangis saat melihat keadaannya.
Ibu Choi
Yee Jae dan Lee Ji Su menangis saat melihat Choi Yee Jae di kremasi.
Dan sekarang,
ibu Choi Yee Jae berada di kantor polisi memberikan pernyataan atas kematian
sang putra yang bunuh diri dengan menyalahkan dirinya sendiri.
Ibu Choi
Yee Jae menjalani kehidupannya seperti biasanya tapi dengan kesedihan.
Choi Yee
Jae menangis saat melihat perjuangan sang ibu.
“Maut
selalu tahu apa kesalahanku. Aku mengalami 12 kematian menyakitkan sebagai
hukuman atas perbuatanku. Kematian yang paling menyakitiku bukan saat aku mati
terbakar atau saat anggota tubuhku terpotong.
Melainkan
kematian seseorang yang sangat aku sayangi. Rasa sakit luar biasa yang
kuberikan kepada ibuku telah kembali kepadaku.”
Choi
Yee Jae memutuskan untuk terus menjalani kehidupannya sebagai ibunya sendiri.
Dengan
menaiki kereta Choi Yee Jae pergi ke tempat kerjanya dan segera membersihkan
semua ruangan yang berada di gedung tempat kerjanya, karena ia bekerja sebagai
petugas kebersihan.
Choi Yee
Jae menghentikan langkanya yang menaiki tangga karena lutut kakinya sakit dan
kembali melanjutkan langkahnya.
Di rumahnya,
Choi Yee Jae mengobati sakiy di lututnya dan menemukan tabugan milik sang ibu
yang di siapkan untuk dirinya di dalam laci.
Choi
Yee Jae mengambilnya dan mengingat kenangan sewaktu kecil bersama yang ibu.
Choi
Yee Jae keluar dari kereta dan pergi ke rumah abu tempat dirinya di simpan. Di
sana Choi Yee Jae melihat sang ibu yang selalu datang mengunjunginya dan
menangis saat mendengar curhatan ibunya.
Choi Yee
Jae melihat tali sepatu yang di kenankannya terlepas, membuatnya mengingat
kenangan saat ia memberikan sepatunya sebagai hadiah kepada sang ibu.
Hari berikutnya,
Choi Yee Jae menadaki gunung, tempat yang di sukai oleh ayah dan ibunya.
Sesampainya
di atas gunung, Choi Yee Jae terkagum saat melihat pemandangan di depannya.
Dengan
menangis, Choi Yee Jae menatap sang ibu seraya meminta maaf karena tidak
menepati janjinya kemudian mengenggam tangan sang ibu dan melihat pemandangan
bersama.
Malam harinya,
Choi Yee Jae baru menuruni gunung. Di tengah perjalannya, Choi Yee Jae terjatuh
karena menginjak batu hingga membuat dirinya terguling di bawah.
Choi Yee
Jae melihat kakinya yang terluka dan mengeluarkan darah.
Dengan
susah payah, Choi Yee Jae bangun dari jatuhnya, meminta bantuan tapi tidak ada satu
orang pun kemudian kembali menuju atas dan berhasil sampai di jalan.
Choi Yee
Jae membuka matanya, menemukan keberadaan dirinya di rumah sakit.
Choi Yee
Jae menangis seraya mengucapkan terima kasih kepada sang ibu yang selamat dan meminta
maaf saat merasakan kesedihan sang ibu saat dirinya meninggal.
“Untuk
memenuhi keinginan ibuku agar aku bisa hidup sampai akhir, aku harus
melanjutkan hidup. Aku hidup selama 32 tahun yang mana lebih lama daripada saat
aku hidup sebagai Choi Yee Jae, untuk mengenang orang-orang yang aku antar
pergi.”
“Kau
tak benar-benar hidup jika terus hidup dalam ketakutan. Namun, karena aku
pengecut, aku selalu hidup dalam ketakutan. Takut dunia tidak akan mengakui
nilaiku, takut aku akan tertinggal dari rekan-rekanku, dan takut aku akan ditolak,
akhirnya aku bunuh dir karena ketakutan ini sebelum hidupku bisa mekar.
Aku
baru sadar setelah mati bahwa hidup itu sendiri adalah kesempatan. Lalu rasa
sakit yang kukira meliputi seluruh hidupku hanyalah sebagian kecil dari itu.
Hari cerah. Hari hujan. Hari berangin. Aku belajar bahwa hidup terdiri dari hari-hari
yang berbeda ini. Lalu tidak apa-apa gagal selama aku terus maju. Setelah aku
berakhir di dalam tubuh ibuku, barulah aku menyadari ini.”
Choi Yee
Jae menutup matanya, membuat air matanya menetes dan meninggal dengan terduduk
di kursi roda.
Choi Yee
Jae terbangun kembali kemudian berjalan mendekati Death kemudian berkata aku
tak pernah mengira akan mengatakan ini tetapi aku sangat merindukanmu, aku
hanya tidak sadar akan butuh waktu selama ini untuk bertemu denganmu lagi. Aku
kesulitan merasakan berlalunya waktu, namun memang kupikir akan lebih lama dari
biasanya ucap Death.
Itu
cukup lama bagiku dan aku menghabiskan semua waktu itu memikirkan apa yang
harus kulakukan saat bertemu denganmu lagi ucap Choi Yee Jae seraya berlutut
kemudian bertanya bisakah kau menembakku sekali lagi saja. Aku sudah
menghabiskan semua peluru yang boleh kupakai untukmu ucap Death.
Aku
tahu, tetapi tolong beri aku kesempatan untuk hidup sebagai diriku sekali lagi,
biarkan aku menjalani hidup lagi sebagai Choi Yee Jae, umohon padamu ucap Choi
Yee Jae dengan menangis.
Kenapa
tanya Death dan di jawab aku ingin memeluk ibuku untuk terakhir kalinya oleh
Choi Yee Jae yang masih menangis.
Kau
bilang akan mengalahkanku dengan mengikuti peraturan yang kubuat dan kau
menang, kau berhasil menghindari kematian dan selamat, kau sudah menerima
hukuman penuh dariku, yang tersisa untukmu sekarang adalah penghakiman Tuhan
ucap Death kemudian mengelauarkan peluru, mengisinya pada pistol miliknya.
Choi
Yee Jae berdiri mendekati Death kemudian mengambil pistolnya kemudian
mengarahkan kepada kepalanya dan menembak dirinya sendiri.
Dan sekarang
Choi Yee Jae berada di tempat ia menjatuhkan diri dari gedung untuk bunuh diri.
Choi
Yee Jae menjawab telepon masuk dari sang ibu membuat surat yang berada di bawah
ponsel miliknya terbang.
SELESAI…….