Translate

Kamis, 31 Agustus 2023

NCT 127: The Lost Boys Episode 2 Part 1

All Content From Disney+



ddrama-queen.blogspot.com – Sinopsis NCT 127: The Lost Boys Episode 2 Part 2. Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada ditulisan yang ini. Cek episode sebelumnya dan klik di tulisan ini untuk menemukan episode selanjutnya. Selamat membaca...^^








Mark: Penggemarlah yang memberi peluang hingga kami bisa sejauh ini, mereka segalanya bagi kami.


TUR DUNIA 2022 'NEO CITY - The Link'


Jungwoo: Saat pertama kami ke luar negeri, khususnya AS, aku terpukau disambut penggemar di bandara, padahal kami datang dari belahan Bumi lain.


Taeyong: Sebelumnya, saat kami tur ke AS atau ada agenda di sana, aku pribadi merasa AS jauh sekali dari Korea jadi, kadang ada rasa gentar, tapi semua orang menyemangati dan mendukung kami yang tadinya, prioritas utamaku adalah panggung untuk tampil tapi kali ini, kurasa prioritasku adalah bertemu penggemar kami.


Johnny: Sepertinya sudah tiga tahun sejak kunjungan terakhir kami ke AS? Kami semua sangat antusias, aku yakin kami sudah berkembang dengan cara masing-masing, mungkin ini pendapatku saja, tapi fandom kami juga cukup berkembang.


Para NCTzen juga berkata kalau NCT 127 itu menawan dari gaya mereka menari, kerja keras mereka dalam berkarya, produksinya luar biasa, hebat saat tampil secara langsung dan sangat tampan.


Doyoung: Tur pertama kami ke Amerika sungguh berkesan, sampai sekarang, alih-alih merasa sudah lama tak ke sana, rasanya justru seperti belum lama kami bertemu penggemar dari AS, aku tersentuh membayangkanmereka semua datang untuk bertemu kami dan menikmati penampilan kami.







“Kurasa aura NCT 127 istimewa, dan mereka menampilkan karisma kuat serta aksi panggung luar biasa yang jarang dimiliki grup musik lain.”


Mark: Ke kota mana pun kami pergi, masing-masing punya gaya sorakan yang unik, bisa merasakan perbedaannya membuat kami semangat menjalani tur dan itulah yang membuat keliling dunia makin bermakna bagi kami.


Taeil: Contohnya, penggemar dari Korea bersikap layaknya orang Korea, mereka sangat energik lalu, penggemar kami dari Asia Tenggara, mereka murah senyum dan sangat antusias, dan penggemar kami di Amerika Utara sangat menikmati konsernya.


Haechan: Kami punya lagu berbahasa Inggris dan Jepang, tapi aku tersadar bahwa baik bahasa Inggris, Korea, atau Jepang, bagi mereka itu bukan masalah.


Yuta: Kami dicintai penggemar dari seluruh penjuru dunia dan kami berkunjung ke banyak Negara, asalku Asia, aku orang Jepang tapi aku pendengar musik Amerika sejak kecil jadi, kurasa hal yang sama juga dialami penggemar kami.


Jaehyun: Aku antusias atas 127 karena setiap anggota sangat unik, kami berasal dari berbagai bangsa dan berlainan pendapat soal apa yang menarik, jika satu per satu dipadukan untuk menciptakan karya lebih baik dan menjadi konsep ke depannya, aku tak sabar menantikan hasil akhirnya.











NCT 127 AKAN MENCERITAKAN MASA KECIL MEREKA - UNTUK PERTAMA KALINYA.


BABAK 2


“Bermula dari lenganku. Kehangatan menjalar perlahan dari ujung jari. Rasanya hangat dan nyaman. Sensasinya luar biasa. Selagi menikmati sensasi itu, rohku seolah meninggalkan ragaku entah ke mana. Dalam bahasa Korea, itu disebut yucheital, 'kan?


Rasanya aku bisa pergi ke mana pun. Selain itu, rasanya aku seperti bisa terbang. "Apa kucoba terbang saja, ya?" begitulah pikirku. Saat melihat ke bawah, tubuh tertidurku memanggil. "Jangan pergi," begitu katanya. Lalu, aku kembali ke tubuhku lagi. Aku ingin pergi ke antariksa atau planet lain suatu hari nanti.”


YUTA


Taeyong: Kesan pertamaku soal Yuta sangat berbeda dibanding sekarang, saat kami pertama bertemu, dia murah senyum, dia menggemaskan dan lugu, dan sangat polos, seolah dia tak tahu apa-apa.


Haechan: Selama beberapa tahun setelah debut, senyum manis selalu menghiasi wajahnya tapi sekarang, dia sangat karismatik, auranya menjadi seksi.


Mark: Kurasa sekarang dia lebih blak-blakan serta terus terang menyampaikan ide dan pendapatnya tapi perasaanku terhadapnya sebagai individu tak banyak berubah, pribadinya masih sama dengan Yuta yang kujumpai pertama kali, dia sangat baik.


Jungwoo: Dari luar, dia terkesan sangat keras tapi di sisi lain, menurutku dia sangat pengertian.










Kau seorang idola, bukankah mestinya kau cemas soal paparazi?


Yuta: Aku tak cemas sama sekali, aku biasa bepergian karena sejak awal, aku selalu bekerja keras dan mengerahkan 150%, kurasa sifatku yang itu tak akan berubah.


Bagaimana sensasi pengalaman keluar dari tubuh?


Yuta: Terbang bebas, seperti kupu-kupu?


Lalu, adakah momen dalam hidupmu ketika kau ingin terbang jauh seperti kupu-kupu?


Yuta: Aku pernah mencuri uang dari dompet ayah dan ibuku. Karena aku suka model kit dan saking sukanya dengan model kit, aku sering mencuri uang orang tuaku, namun, ketika aku berniat mencuri lagi, ibuku memergokiku. "Keluar!" katanya.


“Musim salju saat itu sangat dingin tapi ibuku terus mencariku. Di Jepang, bersepeda itu umum. Aku melihat orang tuaku bersepeda mencariku. Tapi aku tetap sembunyi. Tidak keluar. Karena tak kunjung menemukanku, ibuku menelepon polisi. Aku jadi takut. Jika sudah terobsesi sesuatu, aku akan gigih mengejarnya.”












Proyek apa yang kau kerjakan belakangan ini?


Yuta: Aku baru syuting film di Jepang dan menggarap banyak proyek solo, aku juga merilis lagu "Butterfly", itu pertama kalinya kuproduksi musik sendiri, di bait pertama, ada lirik, "Mereka takkan bisa menghapus warnaku." Karena aku percaya kepada diriku sendiri seperti kupu-kupu, aku menulis lirik itu karena aku yakin dan merasa bahwa aku punya potensi untuk memperlihatkan versi lain dari diriku.


Apa ada momen lain saat kau ingin terbang bebas seperti kupu-kupu?


Yuta: Saat masih SMP, hobiku bermain sepak bola tapi aku sangat kewalahan saat latihan, terutama karena aku sangat benci berlari jadi, aku dikenal sebagai pemain yang tak pernah lari tapi pelatih mewajibkan kami lari untuk pemanasan, sebelum berlatih, kami berlari sepuluh kilometer dengan batasan waktu, contohnya, kami diharuskan finis dalam target waktu tertentu, akhirnya, aku diharuskan menyeret ban mobil boks, aku lari sambil menggeret ban besar yang terikat di tubuhku.


Yuta: Jadi, saat lelah berlatih, aku kabur ke rumah kakekku untuk makan, rumah kakekku dekat dari tempat latihan, bagiku, di sana surge, kepada ayah dan ibuku, aku mengaku akan pergi latihan sepak bola, padahal, aku diam-diam ke rumah nenekku, biasanya aku minta dibelikan sesuatu oleh nenekku di toko kelontong, aku makan banyak camilan lezat, kakekku biasanya pergi ke toko kelontong untuk membelikanku banyak roti.


Tidak ketahuan orang tuamu?


Yuta: Tidak, kakek nenekku tak mengadu.

 

Kalau pelatihmu?


Yuta: Dia tahu, aku jadi dihukum.









Yuta: Kesabaran? Saat latihan kami memforsir fisik dan grupku berkata, "Kami kelelahan. Mari sudahi latihannya," aku sering berpikir, "Apa memang seberat itu?"


Kau pasti kesulitan beradaptasi dengan bahasa Korea.


Yuta: Sangat kesulitan, khususnya, saat teman grupku bergurau, pemimpin kami, Taeyong, dulu sering menjailiku.


Taeyong: Kalau dipikir-pikir, dulu caraku mengakrabkan diri dengan orang lain lumayan lucu.


Yuta: Contohnya, di musim salju, jika aku mandi saat cuaca begitu dingin…


Taeyong: Aku iseng mematikan lampu dan pemanas air.


Yuta: Saat kunyalakan, dia matikan lagi, kami bercanda dan melakukan ini berulang kali, saat itu, aku belum lancar berbahasa Korea jadi, kuterjemahkan dengan ponselku.


Taeyong: Tentu saja, aku lebih sering melakukannya, meski Yuta juga pernah tapi kami saling iseng seperti itu supaya suasana di asrama menjadi lebih akrab, selama masa pelatihan, Yuta bahkan tak tahu cara beli makanan di Korea atau pesan di mana karena dia tak tahu makanan yang enak, tampaknya dia cari tahu di internet dengan bahasa Jepang.


Yuta: Seperti kisah yang kuceritakan tadi, kami sering meributkan hal sepele tapi setelah semua itu kami tetap kompak dan berjuang keras bersama, berkat kerja keras kami semua untuk menggapai satu impian, aku bisa di posisi ini sekarang, jadi aku sangat bersyukur dan sekarang, aku ingin bekerja lebih keras demi mereka.







Doyoung: Kurasa merantau ke Korea dan beradaptasi dengan budaya asing adalah perjuangan yang cukup lama harus dihadapi Yuta, ini bukan dalam artian negative, kurasa butuh waktu lama baginya untuk bisa menerima budaya yang sangat berbeda.


Jaehyun: Kurasa kepribadiannya yang bebas dan gamblang baru terbentuk belakangan.


Taeil: Saat masih di pelatihan hingga tak lama setelah kami debut, kurasa ada hal yang Yuta tutupi karena sungkan, seolah dia menahan diri dari bersikap apa adanya tapi seiring waktu berjalan, dia belajar mengutarakan pendapatnya, terasa dia berubah banyak dengan kata lain, dia berkembang, andai aku juga bisa begitu, meski ingin, aku memang bukan orang blak-blakan seperti Yuta.


Yuta: Aku juga pernah melewati masa sulit, kami sering bertengkar saat masa pelatihan, sampai aku bilang, "Aku sudah tak sanggup." lalu kusampaikan kepada ibuku dan keluargaku, "Aku tak sanggup lagi, aku mau pulang saja." Ibuku bertanya, "Apa kau rela membuang segala yang telah kau perjuangkan sampai titik ini, hanya karena perasaanmu saat ini? - Boleh saja pulang, tapi nanti kau menyesal seumur hidup." Jadi, kuputuskan untuk berjuang dan mencoba sekali lagi.


“Saat pertama kali mendarat dari Jepang. Aku teringat akan saat pertama kali aku datang ke Korea dengan tekad bulat untuk menjadi penyanyi. Terima kasih sudah mengingatkanku akan momen itu.”










Yuta: Ada kejadian yang mengubah hidupku yaitu pertemuanku dengan Rino, namanya Rino Nakasone, dia juga orang Jepang, penari sekaligus guru tari di luar negeri, seorang koreografer, aku minder saat pertama berjumpa dengannya, kurasa rekan-rekanku juga sama, sejak masa pelatihan, bahkan setelah kami debut, kami terus berlari kencang, mengerahkan segala kemampuan, meskipun berat, kami saling percaya, berlari bersama, bergandengan tangan.


Saat itulah aku berjumpa dengan Rino, suatu hari, dia bilang "Masing-masing dari kalian memiliki warna unik, tapi masing-masing tetap tokoh utama yang luar biasa." lalu, dia memelukku, saat itu juga, mataku terbuka, bahwa dunia ini luas dan banyak hal yang bisa kulakukan, ada yang mendukung dan menyayangiku apa adanya, sejak itu, sepertinya keadaan mulai membaik.


“Aku percaya jika kita mendambakan kebebasan, kita harus siap bertanggung jawab atas semua perilaku kita. Jika cuma mau bebasnya saja, itu namanya tidak bijak, jika tidak sukses atau tak punya pencaharian, kita harus siap tanggung sendiri, tapi jika kau menikmatinya, berarti tak apa-apa.”


"Butterfly", LAGU SOLO YUTA YANG


DIA PRODUKSI DAN IKUT ANDIL MENULIS DIPANDU PENAMPILAN ELEGAN


LAGU INI SOAL MENDOBRAK ATURAN DAN BATASAN, DAN TERBANG BAGAI KUPU-KUPU.

Facebook Twitter