Ada
seorang anak kecil tengah duduk di kursi dan di depannya Haechan sedang
berbaring di lantai. Masuki alam tidur makin dalam, haruskah kita putar balik
waktu, berapa umurmu sekarang tanya anak tersebut. Dengan memejamkan matanya,
Haechan menjawab 14.
Kau
sedang apa sekarang tanya kembali anak kecil tersebut. Aku sedang terjebak
jawab Haechan dan melarang sang anak kecil yang akan memutar waktu saat dirinya
berumur 20 tahun kemudian kembali berkata aku terjebak di usia 14 tahun.
HAECHAN
“Dulu
aku tak butuh teman lain. "Aku bisa bermain dengan grupku. Untuk apa cari
teman lain?" Dulu begitulah pemikiranku. Terkadang aku memang penasaran
seperti apa rasanya punya teman tanpa ikatan pekerjaan. Aku membayangkan punya
teman biasa atau menjalani masa sekolah dengan normal.”
Jaehyun:
Aku selalu bilang kepada Haechan, dia manis dan yang paling kusukai dan aku
suka keceriaannya.
Yuta:
Dia suka bergurau dan sangat usil.
Taeil:
Dia selalu mendekat dan memelukku, meski kusuruh berhenti, dia tak mau.
Taeyong:
Seingatku, Mark dan Haechan dulu sama-sama menggemaskan, saat itu, mereka masih
sangat belia dan kepribadian mereka belum matang, aku kagum melihat anak semuda
mereka begitu pandai menyanyi.
KALIAN
INGIN MENJADI ORANG DEWASA?
Mark: Sejujurnya,
tidak.
Haechan:
Aku ingin berhenti menua di usia 20 tahun.
“Sebagai
anak didik, aku ingin cepat debut karena motivasiku besar. Menurutku itu salah
satu kelebihanku. Tapi satu hal yang kusesali adalah tak punya teman biasa
ataupun pengalaman masa sekolah yang normal. Aku tak pernah ikut karyawisata
sekolah.”
Anak
kecil: Kita harus mencari tahu kenapa jammu berhenti di umur 14 tahun, Kak
Haechan, mari perlahan putar kembali waktu yang terhenti dan jelajahi ingatan
terdalammu.
Haechan:
Sebenarnya, saat kecil pun, aku bukan anak biasa, Ayah dan ibuku adalah musisi
dan mereka dipertemukan di dunia music, Ibuku ingin menjadi penyanyi sejak
kecil, kami sering pergi karaoke bersama.
“Seiring
waktu, beliau menyerah untuk menjadi penyanyi. Ibuku merantau ke Pulau Jeju
sendirian untuk mencari nafkah. Beliau fokus bekerja agar hidupku lebih baik. Jadi,
aku terbiasa bermain sendiri. Ayahku sangat menyayangiku.
Aku
dibesarkan nenekku sampai usiaku enam tahun. Kakekku seorang pengemudi bus
wisata. Jadi, setiap tak ada penumpang, Kakek selalu mengajakku naik bus.
Setiap
aku bilang lapar, nenekku akan membuatkan ramyeon. Nenek tak menyampaikan kasih
sayangnya lewat lisan tapi menyampaikannya lewat makanan. Nenek juga tak pernah
marah kepadaku. Beliau yang paling menyayangiku di dunia ini. Aku juga paling
sayang dengan Nenek.
Ini terjadi
saat umurku enam tahun. Tiba-tiba saja ayahku bilang aku harus kembali ke
tempat ibuku. Aku menangis, aku bilang tak mau pergi dan berjanji akan lebih
menurut. Aku masih ingat momen itu. Saat itu, meski aku tahu beliau adalah
ibuku, beliau orang asing bagiku.
Sekarang,
aku ingin melindungi ibuku. Selama ini, Ibu pasti kesusahan. Tapi beliau tak
menyerah dan kasihnya kepadaku tak pernah pudar. Aku ingin balas kasih sayangnya.”
Anak
kecil tersebut memutar rekaman suara ibu Haechan.
“Haechan.
Pasti berat bagimu, ya? Ibu juga benci diri Ibu yang dulu. Maafkan Ibu.
Putraku, Haechan. Tak sekali pun Ibu berhenti memikirkanmu. Ibu selalu
merindukanmu dan ingin berjumpa denganmu. Tapi Ibu menunggu dan bertahan, berharap
kelak kita bisa bersatu dan hidup bahagia bersama. Kau ingat pesan Ibu, 'kan? "Kita
berdua sahabat seumur hidup." Terima kasih banyak, Haechan.”
Haechan:
Dulu aku ingin cepat dewasa, saat aku kembali ke tempat ibuku, semuanya terasa
asing dan tanpa sadar, aku selalu waspada, sekarang, orang tuaku dan keluarga
mereka adalah orang paling berharga bagiku di dunia ini, aku benar-benar sayang
Ibu, terima kasih, Ibu.
“Kau
bahkan masuk kelas unggulan karena giat belajar.” Benar ucap Haechan.
“Saat
kelas lima SD, aku mendaftar audisi. Dan aku lulus babak pertama. Saat aku datang
ke babak kedua audisi itu, ada kabar tak terduga. Kakekku meninggal dunia.”
Haechan:
Tangisku pecah tiada henti, satu-satunya hal yang dulu kusuka hanya menonton
acara musik di TV jadi, aku ingat ibuku menyetel acara music untuk menghiburku.
Mark: Haechan
itu seseorang yang sangat membantuku untuk menikmati dan belajar banyak soal
kehidupan, dia berpengaruh besar bagiku.
Doyoung:
Dia menjadi anak didik di usia belia dan tak bisa bersekolah secara normal,
meski situasinya sepelik itu, dia sangat cerdas, dia personifikasi dari kata
cerdas itu sendiri.
Yuta: Aku
tak terlalu cemas soal Haechan, orang yang hebat akan selalu unggul meski tak
bersekolah, dan Haechan, dia pintar dan paham kemampuannya, seperti Mark, makanya
aku tak khawatir.
Taeyong:
Saat ini, kurasa Mark dan Haechan telah tumbuh dewasa jadi aku tak lagi secemas
dulu atau merasa harus menjaga mereka.
Johnny:
Membuat orang lain tertawa itu tak mudah, begitu pun menenangkan mereka saat
diri sendiri sedang susah jadi, rasanya lega punya teman yang mau menghibur
orang lain.
Haechan:
Sejak aku kecil, hidupku sudah agak berbeda dari yang lain, dulu penampilan
luar penting bagiku, alih-alih mengembangkan diri, aku lebih fokus memperbaiki
penampilan luar, jika sering dihujani ungkapan cinta dan dipuji soal penampilan
oleh semua orang di sekitar kita, kita akan mulai khawatir akan lupa diri,
karena itulah aku sulit menerima kritik membangun yang tulus dan proses
pengembangan diriku cukup lambat.
KALIAN
INGIN MENJADI ORANG DEWASA?
Mark: Sejujurnya,
tidak.
Haechan:
Aku ingin berhenti menua di usia 20 tahun.
Setelah
kini dewasa, apa sentimenmu itu masih sama?
Haechan:
Sebagai Haechan dari NCT, dulu aku ingin berhenti tumbuh di usia 20, tapi
sebagai pribadi, Lee Donghyuk, tentu aku ingin terus tumbuh dewasa.
“Meski
entah kapan akan terjadi, aku ingin merasakan banyak hal. Aku ingin menikah
suatu hari nanti. Sebenarnya, aku ingin menjadi ayah. Aku ingin ajarkan putraku
seperti apa cinta seorang ayah.”
APA
CITA-CITA NCT 127?
Doyoung:
Menjadi grup yang serbabisa, Grup yang kualitas musiknya terjaga hingga
bertahun-tahun lagi, aku ingin kami bertahan dalam waktu lama.
Taeyong:
Aku juga berubah bertahap, menjadi dewasa adakalanya tak menyenangkan, setiap
merasakan itu, aku memandang teman satu grup dan merasa kembali muda.
Johnny:
Aku ingin menua bersama mereka untuk waktu yang lama, ketika kami menua dan
menjadi kakek-kakek, aku ingin punya banyak kenangan indah untuk ditertawakan
dan dikenang di masa depan, aku ingin terus bertemu mereka, menua bersama,
mengobrol berjam-jam, mengenang masa lalu, ketika kami sudah berumur.
Bersambung……