Min sama Se Yeon lagi bejerja di meja masing-masing. Karyawan Min masuk dan ngasih tahu kalo mereka akan keluar buat makan siang dan nawarin Min buat ikut.
Min merasa nggak enak. Dia menatap Se Yeon, takut kalo Se Yeon marah. Ia lalu mengatakan akan makan nanti. Se Yeon sendiri malah pingin ikut. Ia bangkit dan keluar duluan.
Min akhirnya mengiyakan. Dia mau ikut.
Karyawan wanita itu senang mendengarnya. Ia memberitahu kalo mereka akan pergi ke restoran sup hidangan laut di dekat sana. Min bangkit dan melangkah lebih dulu. Karyawan wanita itu terus ngomong tapi Min nggak begitu mendengarkannya.
Mereka sampai di restoran yang dimaksud. Min mau duduk sebelahan sama Se Yeon tapi karyawan wanita itu malah menyelip diantara mereka. Dia bahkan ngambilin makanan buat Min.
Min melihat Se Yeon yang nampaknya nggak peduli dia didekati sama wanita lain. Dia malah asik makan.
Min dan Se Yeon balik lagi ke kantor habis makan siang. Se Yeon bilang kalo makanannya enak. Min kelihatan nggak semangat.
Se Yeon bertanya apa Mjn nggak suka? Dia lihat Min nyaris nggak makan. Min mengaku pingin makan berdua sama Se Yeon.
Min berbalik dan menatap Se Yeon. Dia protes. Se Yeon bahkan nggak cemburu saat seorang pegawai wanita duduk di sebelahnya.
Se Yeon malah merasa lucu. Cemburu? Kenapa dia musti cemburu karena Min? Ia mengingatkan kalo dia pernah jadi objek yang dicemburui dan dia nggak pernah cemburu.
Min mengingatkan kalo keadaannya sudah berubah. Sekarang ia sangat populer. Se Yeon nggak peduli. Mau populer atau enggak bukan masalah buat dia. Dia kan Go Se Yeon.
Min nyerah. Dia lalu duduk di kursinya.
Karyawan wanita itu masuk lagi. Dia memberikan draft poster produk baru yang mereka bicarakan sebelumnya. Min menerimanya dan mengiyakan. Dia akan memberinya masukan setelah melihatnya.
Karyawan itu mengiyakan. Dia juga memberi kue buat Min. Min ragu mau nerima apa enggak. Karyawan wanita itu bilang kalo dia membuatnya sendiri. Itu adalah hobinya.
Min melihat Se Yeon lagi. Takut Se Yeon marah. Tapi Se Yeon sama sekali nggak kepengaruh. Bikin Min nggak habis pikir.
Min menatap karyawan wanita itu dan berterima kasih. Ia akan menikmatinya. Min mengaku mrnyukai kue itu. Wanita itu langsung tersipu. Ia senang dengarnya. Tadinya dia cemas kalo Min nggak suka sama makanan manis.
Min membantahnya. Dia suka kue. Ia membukanya dan memakannya untuk membuktikannya. Min memakannya dan nengungkapkan kekaguman pada rasanya. Karyawan itu makin berbunga-bunga dipuji mulu sama Min.
Min memanggil Se Yeon dan menawarinya buat nyoba. Se Yeon juga tertarik rupanya. Dia bangkit dan mau ikutan makan.
Min mendadak berubah pikiran. Dia nggak ngijinin Se Yeon buat ikut makan sioalnya nona Bae membuatnya khusus untuknya. Nggak bagus kalo dibagi.
Lah, ucapan Min malah bikin karyawan itu makin besar kepala. Se Yeon balik ke kursinya. Karyawan itu janji akan membuatkan macaron buat Min. Apa Min suka macaron?
Min nendekat dan bilang nggak pernah cukup. Wanita itu sesumbar kalo macaron adalah keahliannya. Min berterima kasih. Wanita itu merasa nggak masalah. Ia melihat Se Yeon sengit lalu pamit sama Min.
Se Yeon sibuk nulis sesuatu. Min nyoba buat nyari perhatiannya dengan bilang kalo rasanya lezat. Se Yeon nggak kepengaruh. Dia lalu bangkit.
Min bertanya Se Yeon mau kemana? Se Yeon berjalan menuju pintu. Dia ngasih tahu kalo dia harus ngirim faks. Ia akan segera kembali.
Min meletakkan kuenya. Percuma. Se Yeon juga nggak cemburu.
Se Yeon berjalan melewati karyawan Min yang lagi asik menggosip. Dia lalu kembali ke ruangan Min.
Min lagi membuat kopi. Ia nenawari Se Yeon tapu Se Yeon menolak. Min menghela nafas tapi ia tetap membuat dua gelas. Se Yeon mengingatkan kalo dia nggak mau kopi. Kopinya masih ada.
Min memberitahu kalo itu bukan buat Se Yeon tapi buat nina Bae. Nona Bae susah membuatkan kue untuknya jadi seenggaknya dia harus membuatkan kopi.
Se Yeon membenarkan. Nggak ada yang gratis di dunia ini. Nggak sopan nggak membalasnya setelah mendapat kue itu. Ia merasa kalo Nona Baeakan sangat senang. Benarkah? Se Yeon mengiyakan lalu meminum kopinya.
Kopi Min sudah siap. Dia membawanya menuju meja nona Bae. Sayang nona Bae lagi nggak ada di mejanya. Min meletakkan kopinya di atas meja nona Bae.
Ia lalu melihat kertas yang tadi dibawa sama Se Yeon, yang katanya Se Yeon mau ngirim faks. Min merasa tertarik dan membacanya.
Direktur Cha punya kekasih. Dia jaksa cantik. N.B. standarnya tinggi jangan menaksirnya.
Min tersenyum habis baca itu. Nona Bae kembali dan menyapa Min. Min buru-buru menyimpan pesan Se Yeon je dalam sakunya.
Min memberitahu kalo dia sudah meriksa draftnya dan mereka akan melanjutkan dengan itu. Nona Bae mengiyakan. Ia lalu menanyakan apa kopi itu buat dia?
Min membantahnya. Keduanya miliknya. Nona Bae memberitahu kalo minum kopi kebanyakan nggak baik.
Min mau keluar. Dia baru ingat dan ngasih tahu nona Bae kalo dia sudah punya pacar. Bukan pacar biasa tapi sempurna. Standarnya juga sangat tinggi. Jadi nggak perlu membuatkan macaron untuknya. Nona Bae kayak nggak nyangka Min bilang gitu. Min lalu pergi sambil senyum.
Min kembali ke ruangannya. Se Yeon meledek apa nona Bae nggak mau kopinya Min? Min mengiyakan dan memberitahu kalo nona Bae nggak mau kopi dari pria yang sudah punya pacar.
Se Yeon nyuruh Min buat memberikannya padanya. Min menurut dan memberikannya pada Se Yeon. Min mau Song ke mejanya. Ponselnya lalu bunyi. Ada yang menelponnya.
Itu dari kepolisian Seobu. Mereka memberitahu kali Park Gi Man ditahan atas kasus tabrak lari. Dia minta ngubungin Cha Min dan pungin ketemu.
Min kaget dengarnya. Tabrak lari? Dia lalu menoleh dan menatap Se Yeon.
Min dan Se Yeon datang ke kantor polisi. Min mengatakan kalo korbannya hanya perlu dirawat dua minggu. Ia rasa terlalu berlebihan kalo Park Gi Man ditahan.
Se Yeon ngasih tahu kalo itu tabrak lari. Nggak umum tapi tergantung kasusnya. Ia ngajak Min buat masuk dulu.
Seorang polisi nengenali Se Yeon sebagai Mi Do dan menyapanya. Se Yeon sendiri kayak nggak kenal sama orang itu. Orang itu mendengar kalo Mi Do je Amerika setelah berhenti. Kapan baliknya?
Se Yeon mengaku baru kembali dan nanyain kabar balik. Orang itu tertawalalu bilang masih sama. Ia lalu menanyakan ada apa Mi Do kesana? Se Yeon memberitahu kali kenalannya ditahan karena tabrak lari. Dan ia adalah pengacaranya. Namanya Park Gi Man. Seorang sopir taksi. Orang itu heran dengar Mi Do ngambil alih kasus itu.
Park Gi Man ketemu sama Se Yeon dan Min. Dia minta maaf. Dia tahu nggak sopan minta tapi ia merasa nggak ada lagi yang bisa membantu sekalipun dia berpikir keras.
Se Yeon mengaku senang Park Gi Man menghubunginya. Min sendiri yakin kalo Park Gi Man paham karena itu adalah pekerjaannya sejak lama. Kenapa nggak memberi kartu nama?
Park Gi Man menyangkalnya. Ia jelas ngasih kok. Tapi orang itu mengklaim nggak mendapatkannya? Se Yeon nanyain soal rekaman kamera dasbor. Park Gi Man memberitahu kalo itulah bagian yang paling aneh. Katanya nggak ada kartu memori. Ia merasa kalo itu mustahil karena ia selalu memerisanya.
Min dan Se Yeon menemui polisi. Min meminta nomor telpon korban pada polisi. Ia ingin menyelesaikan kasus itu dengan korban. Polisi merasa kalo itu nggak bisa. Ia memberitahu kalo korban menyatakan nggak akan berdamai. Dia juga kekeuh tentang nggak ngasih kontaknya.
Se Yeon merasa kalo keterlaluan menahan Park Gi Man. Menurutnya itu nggak mungkin tabrak lari. Ini pertama kalinya dan latar belakangnya juga sudah diperiksa jadi nggak ada alasan menahannya.
Polisi memberitahu karena dakwaan penyerangan sebelumnya, mereka jadi nggak punya pilihan. Park Gi Man menyerang Oh Yeong Cheol dan pergi. Itu terjadi sebelum Oh Yeong Cheol diidentifikasi sebagai pembunuh.
Polisi mendekat dan ngasih tahu kalo awalnya dia berniat menanyai dan memulangkannya tapi bosnya memburunya dan bertanya apa dia bersedia tanggungjawab kalo dia kabur lagi? Jadi mereka menahannya karena pernah kabur dari TKP.
Min dan Se Yeon meninggalkan kantor polisi. Ia mengatakan pada polisi tadi kalo dia tahu kemungkinannya kecil tapi ia minta tolong untuk memberitahu korban kalo mereka bersedia berdamai dengan cara apapun.
Polisi itu merasa nggak enak. Ia mengingatkan kalo Se Yeon juga tahu kalo itu juga rumit untuknya. Ia mengiyakan. Karena Park Gi Man adalah kliennya, ia akan menghubungi korban sekali lagi. Min dan Se Yeon berterima kaaih. Mereka lalu pamit.
Min jalan sama Se Yeon. Min merasa nggak habis pikir gimana itu bisa terjadi padahal Park Gi Man sedang menata hidupnya kembali. Se Yeon mengaku tahu. Dia juga pingin nolonginnya.
Min menatap Se Yeon. Ia lalu nengatakan kalo ia biasanya selalu altruistik, tapi Se Yeon berbelas kasih kayak gini di luar karakternya. Se Yeon bahkan pernah mencurigai Park Gi Man. Se Yeon mengaku hanya melakukannya agar memikirkan semua jemungkinan saat mengerjakan kasus. Lagian dia juga merasa berhutang sama Park Gi Man.
Min menatap Se Yeon. Dia heran berhutang apa? Se Yeon memberitahu kalo ia adalah jaksa pemimpin kasus itu tapi nggak bisa menangkap Oh Yeong Cheol. Rasanya ia berhutang padanya. Karena itulah kali ini ia akan membuktikan kalo Park Gi Man nggak salah.
Nggak peduli soal lainnya tapi terasa mencurigakan kartu memori kamera dasbornya menghilang. Gimana bisa? Kecuali kalo sengaja diambil. Benda itu nggak mungkin jalan sendiri, kan?
Suami korban ditelpon sama Im Jun Hyuk. Orang yang tempo hari ngasih dia uang. Jun Hyuk meyakinkan kalo rekaman kamera dasbornya hilang dan nggak ada CCTV juga di area itu jadi nggak ada bukti yang bisa menyulitkannya. Ia menyarankan agar sang suami pura-pura nggak tahu dan bilang saja nggak mau berdamai.
Sang suami masih merasacemaskarena detektif terus menghubunginya dan hal itu membuatnya gugup. Jun Hyun menghela nafas kesal. Ia lalu mengatakan agar sang suami memberikan nomornya dan dia adalah perwakilan hukumnya.
Ia menutup telponnya dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia merasa kalo suami korban adalah pengecut tapi pingin banyak uang.
Jun Hyuk menemui Min dan Se Yeon dengan penampilan rapi bak pengacara sungguhan. Ia menyapa keduanya dan menanyakan mereka pengacara Park Gi Man? Se Yeon mengiyakan. Ia langsung mengulurkan tangannya tapi Jun Hyuk malah langsung duduk. Se Yeon langsing jadi sebal dibuatnya.
Jun Hyuk mengingatkan kalo kliennya sudah mengungkapkan keinginannya. Tapi mereka memaksanya buat damai... Se Yeon menegaskan kalo mereka nggak memaksa tapi meminta. Lagian kliennya ingin melapirkan kecelakaannya tapi klien Jun Hyuklah yang nolak.
Jun Hyuk malah tertawa. Ia menanyakan maksudnya kliennya nipu kliennya Se Yeon? Se Yeon jelas mau memperdayanya lagi. Apa Park Gi Man mencoba nelpon? Mana buktinya? Apa mereka punya?
Jun Hyuk mrngingatkan kalo taksinya beroperasi tanpa kamera dasbor dan sopirnya kabur setelah menabrak wanita hamil. Jun Hyuk mulai emisi dan membentak mereka. Keterlaluan!!!
Se Yeon nampak nakin muak. Dia mendekat dan mengingatkan kalo karena itulah nereka minta ketemu sama korban. Lukanya pulih dalam dua minggu tapi Jun Hyuk bersikeras nggak pingin damai. Gimana bisa mereka nggak curiga? Dan juga kliennya ngasih kartu nama ke korban.
Jun Hyuk menghela nafas kesal. Min mencoba buat menengahi. Ia memberitahu kalo mereka nggak berniat buat memperdaya kliennya lagi, tapi ceritanya nggak cocok jadi mereka ingin meluruskannya...
Se Yeon memotong. Ia mengaku paham kalo Jun Hyuk bukan siapa-siapa. Jun Hyuk semangat banget karena mengira akan dapat hadiah besar. Jun Hyuk geram dibilang bukan siapa-siapa.
Se Yeon yang nggak kenal takut membenarkan. Jun Hyuk marah dan manggil Se Yeon j*lang kecil. Ia bangkit. Min menahannya dan mengingatkan kalo dia sudah terlalu jauh.
Jun Hyuk menyingkirkan tangan Min dari pundaknya lalu duduk kembali. Se Yeon merasa penasaran kenapa Jun Hyuk semangat banget sial itu? Apa mungkin dia masih baru? Di firma mana dia kerjanya?
Jun Hyuk kesal dibilang masih baru. Menurutnya Se Yeon lah yang masih baru disana. Beraninya menyebutnya b*debah.
Se Yeon nggak mau kalah. Kapan dia nyebut gitu? Se Yeon langsung bisa nangkap kalo Jun Hyuk bukan pengacara kan? Jun Hyuk kaget dengarnya. Maksudnya apa?
Se Yeon menanyakan dimana tepatnya Jun Hyuk mempelajarinya? Kapan dia lulus? Disekolah mana? Jun Hyuk merasa nggak perlu menjawabnya. Ia mengingatkan kalo kliennya sudah membuat keputusan jadi jangan dihubungi lagi. Kalo mereka melakukannya lagi maka dia nggak akan membiarkannya.
Se Yeon masih santai sementara Jun Hyuk bangkit dan mau pergi. Se Yeon masih bertanya kapan Jun Hyuk lulus? Kenapa nggak jawab? Jun Hyuk nggak peduli dan pergi.
Bersambung...